PENATALAYANAN TALENTA
BAB I
Pendahuluan
Menjadi Kristen adalah menjadi
serupa dengan Kristus dan meneladaniNya.
Menjadi Kristen (being christian) itu tak lain adalah belajar menjadi
(learning to be) saksi-saksi dan pelayan-pelayan Kristus yang tersalib. Dalam
proses learning to be itu kita perlu belajar tentang pikiran-pikiran dan
perasaan Kristus (learning how to learn and think) untuk kemudian belajar
melakukan (learning how to do) perbuatan-perbuatan yang Yesus lakukan sebagai
contoh yang sempurna.[1]
Penatalayanan mempunyai pengertian
pekerjaan menatalayani, mengelola, mengurus, mengatur, menyelenggarakan.
Istilah penatalayanan dalam bahasa Inggis “stewardship”. Dan orang yang
melakukan penatalayanan disebut dengan “penatalayan”.
Penatalayanan adalah cerminan dan
gaya hidup dari semua orang percaya. Karena apa yang kita kerjakan selama kita
hidup harus kita pertanggung jawabkan dihadapan Tuhan, bahkan bila kita tidak melakukan apa-apa hal itupun
juga harus dipertanggungjawabkan. Penatalayanan yang biasa disebut juga dengan
pengabdian adalah indikator kedewasaan rohani dari seseorang Kristen.
Namun dalam kehidupan orang
percaya, sikap penatalayanan seringkali diabaikan bahkan didalam gereja. Karena
pembiaran dari sudut pandang yang keliru yaitu tugas penatalayanan “ditempelkan”
kepada orang-orang yang bekerja di gereja atau pemimpin gereja seperti, Pendeta
atau fulltime gereja dan pelayanan sosial yang menjadi bagian gereja.
Dalam Perjanjian Baru tidak membuat
pembedaan – kudus atau sekuler – antara orang-orang Kristen yang melayani
sepenuh waktu dan mereka yang melakukan jenis pekerjaan lainnya. Sesungguhnya
Alkitab tidak mempunyai istilah “pelayanan Kristen sepenuh waktu”. Alkitab
menyatakan bahwa semua orang Kristen harus melayani Tuhan sepenuh waktu
walaupun pekerjaan kita yang berbeda-beda itu mewujudkan pelayanan tersebut
melalui beragam bentuk.[2]
“...adanya ketegangan menunjukkan
bahwa ada sesuatu yang tidak normal. Sebagai orang Kristen kita telah selama
bertahun-tahun membiarkan bertumbuhnya suatu pemisah yang sangat besar antara
iman kita dan pekerjaan kita sehari-hari padahal Allah sama sekali tidak
bermaksud untuk menimbulkan jurang pemisah itu.[3] Terjadinya
dikotomi sekuler dan pelayanan menyebabkan berhentinya pengembangan jemaat dan
tidak maksimalnya potensi jemaat.
Pandangan gereja Katholik Roma
terdapat pemisahan antara ‘imam dan
awam’, antara ‘biara dan dunia’ dan ‘ibadah dan bekerja’, kemudian Martin
Luther memperkenalkan tentang imamat am
orang percaya (the priesthood of all believers). Sehingga tidak ada yang satu
lebih suci dari yang lain, yang satu mempunyai lebih tinggi dari yang lain. Ia
menyatakan kita semua orang percaya adalah imam bagi dirinya dan bagi orang
lain.
Luther juga menyampaikan ajaran
tentang beruf atau panggilan yaitu bukan menjadi imam menerima panggilan Tuhan
dan melaksanakan panggilan itu dan masuk biara. Tetapi setiap orang percaya menerima
beruf atau panggilan dari Tuhan, yaitu Tuhan memanggil kita untuk melaksanakan
pekerjaan kita masing-masing.
Talenta dan Penatalayanan Talenta
A. Definisi
talenta
Talenta dalam
KBBI berarti sebagai pembawaan seseorang sejak lahir atau bakat. Arti dalam
satuan berat/timbangan adalah 1talenta=60 mina, 1mina = 50 syikal atau 1talenta
= 3000 syikal. 1 talenta kurang lebih 34 kg = 1,094 troy ounce. Dalam
Perjanjian Baru, 1 talenta = 6000 dinar, 1 dinar adalah upah pekerja harian
dalam 1 hari. Dan kalau diasumsikan nilai sekarang upah harian seorang pekerja
50 ribu rupiah, maka 1 talenta sama dengan 300 juta rupiah. Talenta yang kita
punyai sangat besar nilainya .
Dalam bahasa
Inggris diterjemahkan sebagai talent yaitu ketrampilan atau keahlian seperti
yang dimiliki oleh para artis, pematung, perancang yang biasanya tidak setiap
orang memilikinya. Saat kita berbicara tentang talenta, cenderung dalam pikiran
kita adalah sesuatu yang spesial yang tidak dimiliki oleh kebanyakan orang. Dan
talenta semata-mata hanya untuk memuaskan keinginan kita atau ambisi pribadi
kita.
B.
Landasan teologia talenta
Didalam
Perjanjian Lama ada beberapa kisah yang dapat menjadi referensi dalam
penatalayanan:
Pertama
Kejadian 41, Yusuf bisa mengartikan mimpi Firaun, dan hal-hal yang harus
dikerjakan oleh Raja pada masa kemakmuran untuk menghadapi masa kekeringan.
Yusuf melakukan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dengan baik dalam
mengelola bahan makanan.
Kedua
Keluaran 18, saat kondisi Musa kewalahan mengadili perkara dan masalah yang
dihadapi bangsa Israel. Musa berdiri seorang diri mengadili dari pagi sampai
petang. Yitro mertua Musa mengatakan untuk mencari orang-orang yang cakap dan
takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada
pengejaran suap untuk ditempatkan menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin
seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang. Yitro
mengajarkan tentang membuat manajemen kepemimpinan dan organisasi.
Ketiga
1 Tawarikh 28, Daud membuat perencanaan dan biaya untuk pembangunan Bait Allah
yang akan dibangun oleh anaknya Salomo. Daud mengajarkan untuk membuat
perencanaan dan perbendaharaan.
Keempat
Nehemia 12, Nehemia mengatur tentang pengawasan dan pengelolaan terhadap
persembahan untuk jaminan hidup para Imam dan orang-orang Lewi. Dalam
perjanjian lama banyak teladan bagi kita dalam penatalayanan. Hal ini yang
mendasari kita untuk mempertanggungjawabkan setiap pekerjaan yang kita lakukan
kepada Tuhan dan kepada pemimpin kita didalam pekerjaan kita.
Dalam
Perjanjian Baru juga mengajarkan kita untuk mempertanggungjawabkan apa yang
kita lakukan dan kerjakan dihadapan Tuhan.
Pertama Matius 25: 14-30 mengajarkan kepada kita
bahwa tidak ada orang yang tidak diberi talenta , setiap orang diberikan
talenta sesuai dengan kadar kemampuan kita. Selain itu mengajarkan kepada kita
keadilan dan kemahatahuan Tuhan atas kadar kemampuan yang kita. Setiap orang
yang diberi talenta mendapatkan kebebasan untuk mengelola talenta yang
diberikan Tuhan. Tuhan menuntut pertanggungjawaban dan investasi/pengembangan
talenta yang diberikan. Setiap orang yang bertanggungjawab atas talenta yang
diberikan mendapatkan hadiah dari Tuhan.
Kedua
Roma 14:12, setiap orang akan memberikan pertanggungjawaban tentang dirinya
kepada Allah .
Ketiga
1 Korintus 12:11, semua orang diberikan karunia
dan sesuai dengan kehendakNya.
Keempat
1 Petrus 4: 10-11, setiap orang harus melayani dengan baik sesuai karunia yang
diberikan kepada kita dengan tujuan untuk kemuliaan Tuhan.
C. Potensi
Diri
Beberapa potensi diri yang dimiliki
oleh seseorang atau yang terdapat dalam diri
antara lain:
1. Bakat
Kemampuan yang diberikan Tuhan sejak manusia
dilahirkan. Kemampuan ini biasa yang disebut dengan bakat alami atau bakat.
Bakat itu seperti kecerdasaan/ intelektual, musik, kesehatan, musik dan
sebagainya.
2. Keahlian/ketrampilan
Keahlian yang diperoleh karena diasah atau dilatih
dan belajar. Keahlian ini seperti bahasa, keahlian dari sekolah, menjahit,
montir, memainkan alat musik dan sebagainya.
3. Karunia
rohani
Kemampuan yang diberikan Tuhan untuk melayani tubuh
Kristus.
Karunia rohani
Karunia rohani adalah suatu
kemampuan yang diberikan Allah untuk melayani tubuh Kristus sesuai dengan
pimpinanNya.[4]
Karunia rohani dalam tulisan ini berdasarkan pandangan Charles C. Ryrie.
Menurut Ryrie:
a. Karunia
rohani bukanlah tempat dalam pelayanan.
Karunia rohani adalah kemampuan, bukan tempat dalam
suatu pelayanan.
b. Karunia
rohani bukanlah jabatan.
Karunia rohani adalah kemamapuan dan dapat digunakan
oleh seseorang tidak peduli apakah dia memegang jabatan digereja lokal atau
tidak.
c. Karunia
rohani bukanlah merupakan pelayanan kelompok usia tertentu.
Tidak ada karunia rohani untuk pekerjaan kaum muda,
atau pekerjaan anak-anak, semua golongan usia dapat dilayani
d. Karunia
rohani bukanlah teknik keahlian khusus.
Tidak ada karunia untuk menulis atau mendidik orang
Kristen atau memainkan musik, tetapi dapat digunakan untuk menyalurkan
karunia-karunia rohani.
e. Karunia
rohani tidak sama dengan bakat/ talenta alamiah.
Bakat bisa untuk melayani tubuh Kristus dan juga
bisa tidak digunakan untuk melayani tubuh Kristus.
Perbedaan bakat dan karunia-karunia rohani[5]
Bakat-bakat Alamiah Karunia- karunia
Rohani
Diberikan Allah melalui orangtua kita Diberikan Allah tidak bergantung
orangtua kita
Diberikan pada saat kelahiran Dengan jelas diberikan
pada saat pertobatan
Umum untuk kepentingan umat manusia Khusus untuk kepentingan tubuh Kristus
Karunia rohani diberikan oleh Tuhan
Yesus Kristus untuk membangun tubuh Kristus dan diberikan sesuai dengan
keperluan masing-masing orang percaya untuk pelayanan menurut kehendakNya.
Karunia rohani diberikan kepada setiap orang percaya atau dengan kata lain,
tidak ada orang percaya yang tidak mempunyai karunia rohani. Setiap orang
percaya pasti memiliki minimal satu karunia rohani (1 Petrus 4:10; 1Korintus
7:7).
Macam-macam karunia rohani :
1. Rasul 7. Penginjilan 13. Membedakan roh
2. Nabi 8. Gembala 14. Kemurahan
3. Mujizat 9. Menolong/melayani 15. Memberi
4. Penyembuhan 10. Mengajar 16. Memimpin
5. Bahasa
lidah 11. Iman 17. Hikmat
6. Menafsirkan
bahasa lidah 12. Menasihati 18.
Pengetahuan
D. Penatalayanan
Talenta
Perumpamaan Tuhan Yesus tentang
talenta dalam yang mendasari penatalayanan talenta dalam Matius 25:14-30. Hal-hal yang dapat kita amabil dari
perumpamaan ini adalah:
-
Kebebasan hamba untuk menentukan sikap
dan tindakan atas kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan.
-
Tuhan menuntut pengembalian atas
investasinya untuk mengukur ketekunan dan kesetiaan hamba-hambaNya
-
Kelak Tuhan meminta setiap orang Kristen
pertanggungjawaban bagaimana ia menjadi penatalayan atas talenta yang diberikan
Tuhan.
-
Hadiah bagi hamba yang baik dan hukuman
bagi hamba yang jahat. Bagi yang baik dan setia ditambah terus. Bagi yang tidak
setia menderita kerugian.
-
Apa yang kita lakukan di dunia sekarang,
menentukan apa yang akan kita nikmati di surga nanti.
-
Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa
segala sesuatu adalah milik Tuhan. Allah telah memberikan banyak hal untuk
dipergunakan dalam hidup kita.
-
Segala yang kita lakukan akan kita
pertanggungjawabkan dalam tahta pengadilan Kristus. Matius 25:23; Roma 14:12; 2
Korintus 5:10.
BAB III
Etika Kristen dan Etos Kerja Kristiani
Kata
etika asalnya dari beberapa kata Yunani yang hampir sama, yaitu ethos dan éthos
atau “ta ethika” dan “ta éthika”. Kata ethos artinya kebiasaan, adat. Kata
éthos dan éthikos lebih berarti kesusilaan, perasaan batin, atau kesenderungan
hati dengan mana seseorang melakukan sesuatu perbuatan.[6] Kata-kata ini merupakan latar belakang
dari kata etik dan etika dalam bahasa Indonesia.
Etik
menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah kumpulan asas atau
nilai yang berkenaan dengan akhlak dan nilai mengenai benar dan salah yang
dianaut oleh suatu golongan atau masyarakat. Sedangkan etika adalah ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak).[7]
Dalam bahasa Latin istilah-istilah ethos, éthos dan éthikos itu disebutkan dengan
kata “mos” dan “moralitas”. Oleh sebab itu kata “Etika” sering pula diterangkan
dengan kata “moral”.[8] Dalam bahasa Indonesia kata etika
mempunyai arti yang lebih dalam dari kata moral. Moral mempunyai arti kelakuan
lahir, dan etika tidak hanya perbuatan lahir tetapi juga mempunyai makna dan
motivasi-motivasi yang mendasari perbuatan lahir.
Perkataan etika berasal dari bahasa
Yunani ethos dan éthos. Kata tersebut juga terdapat
dalam Perjanjian Baru. Dalam Lukas 22:39 kita baca bahwa Yesus pergi ke bukit
Zaitun menurut ethos-Nya, menurut kebiasaanNya. Pada orang-orang Roma bukanlah
ethos (kebiasaan) untuk menyerahkan seorang terdakwa sebagai suatu anugerah (Kisah 25:16). Namun
kata ethos, atau éthos itu juga berarti susila juga. Di Filipi Paulus dan Silas
terdakwa karena mengajarkan éthé (adat istiadat) yang tidak baik menurut adat
istiadat orang Roma (Kisah 16:21). Dalam 1 Korintus 15:33 Paulus mengutip
pepatah yang terkenal Menander, seorang komedi Yunani:”Pergaulan yang buruk
merusakkan éthé (LAI: kebiasaan, sebenarnya susila) yang baik”.[9]
Etika Kristen adalah etika teologis
yang berdasarkan pada agama Kristen dan berlandaskan Alkitab sebagai sumber
otoritas segala kebaikkan. Etika Kristen juga dinamakan etika Alkitabiah karena
seluruh sumber etika diajarkan oleh Alkitab. Etika Alkitabiah adalah studi
mengenai ukuran baik dan buruk, karakter dan sikap umat Kristen dengan bentuk
ganjaran yang diberikan dengan baik-buruk tanpa mengabaikan ketaatan atau kepatuhan
kepada Alkitab. Ukuran moral etika Alkitab adalah kehidupan dari Tuhan Yesus
sendiri.
Etos kerja profesional menurut Andy
Kirana dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Kerja adalah rahmat.
Kita mendapat kesempatan bekerja
adalah kemurahan dan kebaikkan Tuhan. Kesempatan kerja yang ada karena kasih
sayang Tuhan. Anugerah Tuhan selalu tersedia setiap saat dan dimanapun kita
berada. Yang merencanakan dan mengatur semua ini adalah Tuhan.
2.
Kerja adalah amanah.
Sikap orang yang menerima pekerjaan
dengan sepenuh hati, tidak akan berhenti jika pekerjaannya belum selesai secara
benar, baik dan berkualitas. Pantang menyerah meskipun menemui kesulitan dan
selalu mencari jalan keluar sampai pekerjaan selesai secara benar, baik dan
berkualitas. Bekerja harus diselesaikan dengan bertanggungjawab kepada pemberi
tugas.
3.
Kerja adalah panggilan.
Semua orang mempunyai panggilan
hidupnya masing-masing, panggilan hidup utamanya dijalani dalan pekerjaannya.
Orang yang menemukan panggilan hatinya pasti bisa melaksanakannya karena setiap orang mempunyai
kemampuan dan potensi didalam dirinya.
4.
Kerja adalah aktualisasi
Kerja keras merupakan wadah
aktualisasi diri bagi manusia pekerja dan potensinya akan berkembang melalui
kerja keras. Aktualisasi merupakan
proses membuat potensi diri menjadi aktual atau menjadi nyata. Aktualisasi diri
terlaksana dalam pekerjaan karena pekerjaan merupakan pembentukkan karakter dan
kompetensi.
5.
Kerja adalah seni
Orang yang bekerja seharusnya
mencintai pekerjaannya sehingga kalau seseorang mencitai pekerjaannya akan ada
dorongan untuk menyelesaikan pekerjaan sebaik-baiknya tidak hanya secara
normatif namun juga akan kreatif. Inilah
kerja adalah seni.
6.
Kerja adalah ibadah
Kita harus bekerja dengan
sebaik-baiknya dan kita mengabdikan diri sebaik-baiknya melalui pekerjaan kita.
Karena pekerjaan adalah pemberian Tuhan.
7.
Kerja adalah kehormatan
Melaksanakan pekerjaan dengan
bertanggungjawab, jujur, tepat waktu, berkualitas, dapat dipercaya dan
diandalkan. Malu bila melakukan hal yang tidak benar dan hal yang memalukan
adalah mengorbankan kehormatan.
8.
Kerja adalah pelayanan
Sebagai orang percaya kita yakin,
siapapun yang kita layani kita melayani Tuhan dan jika kita bekerja kita
melayani Tuhan.
Sedangkan
etos kerja kristiani Andy Kirana merangkum sebagai berikut:
1. Setiap
orang percaya dipanggil oleh Tuhan untuk melakukan pekerjaannya masing-masing didunia
ini.
2. Setiap
orang percaya melakukan pekerjaannya sebagai ibadah kepada Tuhan, sebagai tugas
yang suci dan mulia sehingga dilakukan dengan kesungguhan, disiplin dan
tanggungjawab.
3. Dunia
adalah biara. Kita hidup dan bekerja dalam dunia untuk kemuliaan Tuhan.
4. Setiap
hasil yang kita peroleh, bukan terutama untuk dinikmati tetapi dijadikan modal
untuk menghasilkan yang lebih baik lagi untuk Tuhan.
5. Waktu
adalah anugerah dan modal, sehingga tidak boleh hilang disia-siakan untuk
kemalasan dan hanya dipakai bekerja untuk Tuhan. Istirahat diperlukan untuk
tujuan bekerja lebih baik.
6. Materi
bukan tujuan. Materi adalah ciptaan Tuhan. Oleh karena itu menghasilkan materi
sebanyak-banyaknya dengan cara yang baik dan benar untuk dimanfaatkan dengan
baik dan benar itulah panggilan orang percaya.
BAB
III
Penatalayanan
Dalam Marketplace
Pekerjaan
bukan suatu tempat atau sesuatu yang tidak terhormat dan tidak dipandang Tuhan.
Pekerjaan bukan tempat kurang mulia dibanding pelayanan di gereja. Pekerjaan
bukan permainan yang dilakukan orang yang bukan Kristen. Tetapi pekerjaan tidak
dapat dipisahkan dari Allah. Pekerjaan merupakan bagian terbesar dalam
kehidupan manusia yang dipandang serius oleh Allah.[10]
Pekerjaan merupakan sarana yang diberikanTuhan kepada manusia untuk mencapai
tujuan yang penting.
Kejadian
1, kita mendapati bahwa Allah bekerja menciptakan langit dan bumi, dalam
Kejadian 2:2 Allah menamakan kegiatan ini pekerjaan atau bekerja. Menurut Sherman & Hendricks, ... Allah
memandang pekerjaan itu sebagai hal yang sangat penting. Pertama-tama kita
dapat mengatakan karena Allah sendiri Pekerja.[11] Sifat-sifat
yang ada didalam manusia juga merupakan sifat Ilahi. Manusia diciptakan
“menurut gambar Allah” (Kejadian 1:27). Karena manusia diciptakan sebagai Imago dei, artinya secitra dengan Allah,
maka manusia diberi karunia oleh Allah untuk memiliki sekalipun dalam arti yang
terbatas pada sifat-sifat Ilahi. Berarti manusia juga diciptakan sebagai
pekerja. Tetapi bukan bekerja untuk dirinya sendiri tetapi sebagai partner
Allah atau rekan kerja Allah.
Sherman
& Hendricks mengatakan pekerjaan merupakan sarana untuk mencapai beberapa
tujuan:
1.
Melalui pekerjaan kita melayani orang
lain.
2.
Melalui pekerjaan kita memenuhi
kebutuhan kita sendiri.
3.
Melalui pekerjaan kita memenuhi
kebutuhan keluarga kita.
4.
Melalui pekerjaan kita memperoleh uang
untuk dapat memberi kepada orang lain.
5.
Melalui pekerjaan kita mengasihi Allah.
BAB
V
Penutup
Penatalayanan/ pengabdian Kristen
harus menjadi gaya hidup setiap orang Kristen. Dan tidak ada dikotomi pekerjaan
sekuler dan pelayanan sepenuh waktu, karena setiap orang percaya akan
bertanggungjawab terhadap Tuhan atas semua yang dipercayakan tanpa membedakan
sekuler maupun pelayanan .
Penatalayan atas talenta mempunyai
arti bahwa setiap orang percaya harus mempertanggungjawabkan atas talenta yang
Tuhan berikan. Tuhan memberikan talenta kepada setiap orang percaya berupa
potensi diri yang antaralain berupa: bakat, keahlian dan karunia roh. Potensi
ini harus dikembangkan oleh setiap orang percaya dan dipertanggungjawaban
kepada Tuhan sebagai tuan kita.
Mengetahui
potensi diri adalah langkah awal dalam pertanggungjawaban kita kepada Tuhan dan
mengembangkan potensi diri kita keharusan untuk menggenapi rencana Allah dan mengaktualisasi potensi
yang dikembangkan dalam kehidupan kita itulah penatalayanan talenta.
Penatalayanan dan marketplace,
berarti berbicara tentang perilaku, bertanggungjawab dan orang-orang atau
manusia yang ada di dalamnya. Saat kita berbicara tentang perilaku orang dalam
hunbungannya dengan sesamanya, kita bisa terkagum dan ingin menirunya. Tetapi juga sebaliknya
bisa sebaliknya kita cemooh atau mengucilkannya.
Namun
sebagai orang percaya, harus memperlihatkan sikap yang benar dan perilaku yang
baik sesuai dengan etika Kristen dan etos kerja Kristen . Dan jangan
sekali-kali berkompromi seperti Esau dengan semangkuk kacang merahnya. Harus
berani menentang dan melawan ketidakbenaran dan ketidakadilan dengan cara yang
bijaksana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar