Minggu, 26 Oktober 2014

PENATALAYANAN


PENATALAYANAN TALENTA

BAB I
Pendahuluan
Menjadi Kristen adalah menjadi serupa dengan Kristus dan meneladaniNya.  Menjadi Kristen (being christian) itu tak lain adalah belajar menjadi (learning to be) saksi-saksi dan pelayan-pelayan Kristus yang tersalib. Dalam proses learning to be itu kita perlu belajar tentang pikiran-pikiran dan perasaan Kristus (learning how to learn and think) untuk kemudian belajar melakukan (learning how to do) perbuatan-perbuatan yang Yesus lakukan sebagai contoh yang sempurna.[1]
Penatalayanan mempunyai pengertian pekerjaan menatalayani, mengelola, mengurus, mengatur, menyelenggarakan. Istilah penatalayanan dalam bahasa Inggis “stewardship”. Dan orang yang melakukan penatalayanan disebut dengan “penatalayan”.
Penatalayanan adalah cerminan dan gaya hidup dari semua orang percaya. Karena apa yang kita kerjakan selama kita hidup harus kita pertanggung jawabkan dihadapan Tuhan, bahkan  bila kita tidak melakukan apa-apa hal itupun juga harus dipertanggungjawabkan. Penatalayanan yang biasa disebut juga dengan pengabdian adalah indikator kedewasaan rohani dari seseorang Kristen. 
Namun dalam kehidupan orang percaya, sikap penatalayanan seringkali diabaikan bahkan didalam gereja. Karena pembiaran dari sudut pandang yang keliru yaitu tugas penatalayanan “ditempelkan” kepada orang-orang yang bekerja di gereja atau pemimpin gereja seperti, Pendeta atau fulltime gereja dan pelayanan sosial yang menjadi bagian gereja.
Dalam Perjanjian Baru tidak membuat pembedaan – kudus atau sekuler – antara orang-orang Kristen yang melayani sepenuh waktu dan mereka yang melakukan jenis pekerjaan lainnya. Sesungguhnya Alkitab tidak mempunyai istilah “pelayanan Kristen sepenuh waktu”. Alkitab menyatakan bahwa semua orang Kristen harus melayani Tuhan sepenuh waktu walaupun pekerjaan kita yang berbeda-beda itu mewujudkan pelayanan tersebut melalui beragam bentuk.[2]
“...adanya ketegangan menunjukkan bahwa ada sesuatu yang tidak normal. Sebagai orang Kristen kita telah selama bertahun-tahun membiarkan bertumbuhnya suatu pemisah yang sangat besar antara iman kita dan pekerjaan kita sehari-hari padahal Allah sama sekali tidak bermaksud untuk menimbulkan jurang pemisah itu.[3] Terjadinya dikotomi sekuler dan pelayanan menyebabkan berhentinya pengembangan jemaat dan tidak maksimalnya potensi jemaat. 
Pandangan gereja Katholik Roma terdapat pemisahan antara ‘imam  dan awam’, antara ‘biara dan dunia’ dan ‘ibadah dan bekerja’, kemudian Martin Luther memperkenalkan tentang  imamat am orang percaya (the priesthood of all believers). Sehingga tidak ada yang satu lebih suci dari yang lain, yang satu mempunyai lebih tinggi dari yang lain. Ia menyatakan kita semua orang percaya adalah imam bagi dirinya dan bagi orang lain.
Luther juga menyampaikan ajaran tentang beruf atau panggilan yaitu bukan menjadi imam menerima panggilan Tuhan dan melaksanakan panggilan itu dan masuk biara. Tetapi setiap orang percaya menerima beruf atau panggilan dari Tuhan, yaitu Tuhan memanggil kita untuk melaksanakan pekerjaan kita masing-masing.
                                                                      BAB II
Talenta dan Penatalayanan Talenta
A.    Definisi talenta
Talenta dalam KBBI berarti sebagai pembawaan seseorang sejak lahir atau bakat. Arti dalam satuan berat/timbangan adalah 1talenta=60 mina, 1mina = 50 syikal atau 1talenta = 3000 syikal. 1 talenta kurang lebih 34 kg = 1,094 troy ounce. Dalam Perjanjian Baru, 1 talenta = 6000 dinar, 1 dinar adalah upah pekerja harian dalam 1 hari. Dan kalau diasumsikan nilai sekarang upah harian seorang pekerja 50 ribu rupiah, maka 1 talenta sama dengan 300 juta rupiah. Talenta yang kita punyai sangat besar nilainya .
Dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai talent yaitu ketrampilan atau keahlian seperti yang dimiliki oleh para artis, pematung, perancang yang biasanya tidak setiap orang memilikinya. Saat kita berbicara tentang talenta, cenderung dalam pikiran kita adalah sesuatu yang spesial yang tidak dimiliki oleh kebanyakan orang. Dan talenta semata-mata hanya untuk memuaskan keinginan kita atau ambisi pribadi kita.
B.                 Landasan teologia talenta
Didalam Perjanjian Lama ada beberapa kisah yang dapat menjadi referensi dalam penatalayanan:
Pertama Kejadian 41, Yusuf bisa mengartikan mimpi Firaun, dan hal-hal yang harus dikerjakan oleh Raja pada masa kemakmuran untuk menghadapi masa kekeringan. Yusuf melakukan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dengan baik dalam mengelola bahan makanan.
Kedua Keluaran 18, saat kondisi Musa kewalahan mengadili perkara dan masalah yang dihadapi bangsa Israel. Musa berdiri seorang diri mengadili dari pagi sampai petang. Yitro mertua Musa mengatakan untuk mencari orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap untuk ditempatkan menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang. Yitro mengajarkan tentang membuat manajemen kepemimpinan dan organisasi.
Ketiga 1 Tawarikh 28, Daud membuat perencanaan dan biaya untuk pembangunan Bait Allah yang akan dibangun oleh anaknya Salomo. Daud mengajarkan untuk membuat perencanaan dan perbendaharaan.
Keempat Nehemia 12, Nehemia mengatur tentang pengawasan dan pengelolaan terhadap persembahan untuk jaminan hidup para Imam dan orang-orang Lewi. Dalam perjanjian lama banyak teladan bagi kita dalam penatalayanan. Hal ini yang mendasari kita untuk mempertanggungjawabkan setiap pekerjaan yang kita lakukan kepada Tuhan dan kepada pemimpin kita didalam pekerjaan kita.
Dalam Perjanjian Baru juga mengajarkan kita untuk mempertanggungjawabkan apa yang kita lakukan dan kerjakan dihadapan Tuhan.
Pertama  Matius 25: 14-30 mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada orang yang tidak diberi talenta , setiap orang diberikan talenta sesuai dengan kadar kemampuan kita. Selain itu mengajarkan kepada kita keadilan dan kemahatahuan Tuhan atas kadar kemampuan yang kita. Setiap orang yang diberi talenta mendapatkan kebebasan untuk mengelola talenta yang diberikan Tuhan. Tuhan menuntut pertanggungjawaban dan investasi/pengembangan talenta yang diberikan. Setiap orang yang bertanggungjawab atas talenta yang diberikan mendapatkan hadiah dari Tuhan.
Kedua Roma 14:12, setiap orang akan memberikan pertanggungjawaban tentang dirinya kepada Allah .
Ketiga 1 Korintus 12:11, semua orang diberikan karunia  dan sesuai dengan kehendakNya.
Keempat 1 Petrus 4: 10-11, setiap orang harus melayani dengan baik sesuai karunia yang diberikan kepada kita dengan tujuan untuk kemuliaan Tuhan.
C.     Potensi Diri
Beberapa potensi diri yang dimiliki oleh seseorang atau yang terdapat dalam diri  antara lain:
1.      Bakat
Kemampuan yang diberikan Tuhan sejak manusia dilahirkan. Kemampuan ini biasa yang disebut dengan bakat alami atau bakat. Bakat itu seperti kecerdasaan/ intelektual, musik, kesehatan, musik dan sebagainya.
2.      Keahlian/ketrampilan
Keahlian yang diperoleh karena diasah atau dilatih dan belajar. Keahlian ini seperti bahasa, keahlian dari sekolah, menjahit, montir, memainkan alat musik dan sebagainya.
3.      Karunia rohani
Kemampuan yang diberikan Tuhan untuk melayani tubuh Kristus.
Karunia rohani
Karunia rohani adalah suatu kemampuan yang diberikan Allah untuk melayani tubuh Kristus sesuai dengan pimpinanNya.[4] Karunia rohani dalam tulisan ini berdasarkan pandangan Charles C. Ryrie. Menurut Ryrie:
a.       Karunia rohani bukanlah tempat dalam pelayanan.
Karunia rohani adalah kemampuan, bukan tempat dalam suatu pelayanan.
b.      Karunia rohani bukanlah jabatan.
Karunia rohani adalah kemamapuan dan dapat digunakan oleh seseorang tidak peduli apakah dia memegang jabatan digereja lokal atau tidak.
c.       Karunia rohani bukanlah merupakan pelayanan kelompok usia tertentu.
Tidak ada karunia rohani untuk pekerjaan kaum muda, atau pekerjaan anak-anak, semua golongan usia dapat dilayani
d.      Karunia rohani bukanlah teknik keahlian khusus.
Tidak ada karunia untuk menulis atau mendidik orang Kristen atau memainkan musik, tetapi dapat digunakan untuk menyalurkan karunia-karunia rohani.
e.       Karunia rohani tidak sama dengan bakat/ talenta alamiah.
Bakat bisa untuk melayani tubuh Kristus dan juga bisa tidak digunakan untuk melayani tubuh Kristus.
Perbedaan bakat dan karunia-karunia rohani[5]
                Bakat-bakat Alamiah                              Karunia- karunia Rohani
Diberikan Allah melalui orangtua kita             Diberikan Allah tidak bergantung orangtua kita
Diberikan pada saat kelahiran                          Dengan jelas diberikan pada saat pertobatan
Umum untuk kepentingan umat manusia         Khusus untuk kepentingan tubuh Kristus
Karunia rohani diberikan oleh Tuhan Yesus Kristus untuk membangun tubuh Kristus dan diberikan sesuai dengan keperluan masing-masing orang percaya untuk pelayanan menurut kehendakNya. Karunia rohani diberikan kepada setiap orang percaya atau dengan kata lain, tidak ada orang percaya yang tidak mempunyai karunia rohani. Setiap orang percaya pasti memiliki minimal satu karunia rohani (1 Petrus 4:10; 1Korintus 7:7).
Macam-macam karunia rohani :
1.      Rasul                                      7.    Penginjilan                    13.  Membedakan roh
2.      Nabi                                       8.    Gembala                        14.  Kemurahan
3.      Mujizat                                   9.    Menolong/melayani      15.  Memberi
4.      Penyembuhan                         10.  Mengajar                       16.  Memimpin
5.      Bahasa lidah                           11. Iman                              17.  Hikmat
6.      Menafsirkan bahasa lidah      12. Menasihati                    18. Pengetahuan
D.    Penatalayanan Talenta
Perumpamaan Tuhan Yesus tentang talenta dalam yang mendasari penatalayanan talenta dalam  Matius 25:14-30.  Hal-hal yang dapat kita amabil dari perumpamaan ini adalah:
-          Kebebasan hamba untuk menentukan sikap dan tindakan atas kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan.
-          Tuhan menuntut pengembalian atas investasinya untuk mengukur ketekunan dan kesetiaan hamba-hambaNya
-          Kelak Tuhan meminta setiap orang Kristen pertanggungjawaban bagaimana ia menjadi penatalayan atas talenta yang diberikan Tuhan.
-          Hadiah bagi hamba yang baik dan hukuman bagi hamba yang jahat. Bagi yang baik dan setia ditambah terus. Bagi yang tidak setia menderita kerugian.
-          Apa yang kita lakukan di dunia sekarang, menentukan apa yang akan kita nikmati di surga nanti.
-          Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa segala sesuatu adalah milik Tuhan. Allah telah memberikan banyak hal untuk dipergunakan dalam hidup kita.
-          Segala yang kita lakukan akan kita pertanggungjawabkan dalam tahta pengadilan Kristus. Matius 25:23; Roma 14:12; 2 Korintus 5:10.
BAB III
Etika Kristen dan Etos Kerja Kristiani
Kata etika asalnya dari beberapa kata Yunani yang hampir sama, yaitu ethos dan éthos atau “ta ethika” dan “ta éthika”. Kata ethos artinya kebiasaan, adat. Kata éthos dan éthikos lebih berarti kesusilaan, perasaan batin, atau kesenderungan hati dengan mana seseorang melakukan sesuatu perbuatan.[6] Kata-kata ini merupakan latar belakang dari kata etik dan etika dalam bahasa Indonesia.
Etik  menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak dan nilai mengenai benar dan salah yang dianaut oleh suatu golongan atau masyarakat. Sedangkan etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).[7]
Dalam bahasa Latin istilah-istilah ethos, éthos dan éthikos itu disebutkan dengan kata “mos” dan “moralitas”. Oleh sebab itu kata “Etika” sering pula diterangkan dengan kata “moral”.[8] Dalam bahasa Indonesia kata etika mempunyai arti yang lebih dalam dari kata moral. Moral mempunyai arti kelakuan lahir, dan etika tidak hanya perbuatan lahir tetapi juga mempunyai makna dan motivasi-motivasi yang mendasari perbuatan lahir.
Perkataan etika berasal dari bahasa Yunani ethos dan éthos. Kata tersebut juga terdapat dalam Perjanjian Baru. Dalam Lukas 22:39 kita baca bahwa Yesus pergi ke bukit Zaitun menurut ethos-Nya, menurut kebiasaanNya. Pada orang-orang Roma bukanlah ethos (kebiasaan) untuk menyerahkan seorang terdakwa  sebagai suatu anugerah (Kisah 25:16). Namun kata ethos, atau éthos itu juga berarti susila juga. Di Filipi Paulus dan Silas terdakwa karena mengajarkan éthé (adat istiadat) yang tidak baik menurut adat istiadat orang Roma (Kisah 16:21). Dalam 1 Korintus 15:33 Paulus mengutip pepatah yang terkenal Menander, seorang komedi Yunani:”Pergaulan yang buruk merusakkan éthé (LAI: kebiasaan, sebenarnya susila) yang baik”.[9]
Etika Kristen adalah etika teologis yang berdasarkan pada agama Kristen dan berlandaskan Alkitab sebagai sumber otoritas segala kebaikkan. Etika Kristen juga dinamakan etika Alkitabiah karena seluruh sumber etika diajarkan oleh Alkitab. Etika Alkitabiah adalah studi mengenai ukuran baik dan buruk, karakter dan sikap umat Kristen dengan bentuk ganjaran yang diberikan dengan baik-buruk tanpa mengabaikan ketaatan atau kepatuhan kepada Alkitab. Ukuran moral etika Alkitab adalah kehidupan dari Tuhan Yesus sendiri.
Etos kerja profesional menurut Andy Kirana dapat dirumuskan sebagai berikut:
                     1.         Kerja adalah rahmat.
Kita mendapat kesempatan bekerja adalah kemurahan dan kebaikkan Tuhan. Kesempatan kerja yang ada karena kasih sayang Tuhan. Anugerah Tuhan selalu tersedia setiap saat dan dimanapun kita berada. Yang merencanakan dan mengatur semua ini adalah Tuhan.
                     2.         Kerja adalah amanah.
Sikap orang yang menerima pekerjaan dengan sepenuh hati, tidak akan berhenti jika pekerjaannya belum selesai secara benar, baik dan berkualitas. Pantang menyerah meskipun menemui kesulitan dan selalu mencari jalan keluar sampai pekerjaan selesai secara benar, baik dan berkualitas. Bekerja harus diselesaikan dengan bertanggungjawab kepada pemberi tugas.
                     3.         Kerja adalah panggilan.
Semua orang mempunyai panggilan hidupnya masing-masing, panggilan hidup utamanya dijalani dalan pekerjaannya. Orang yang menemukan panggilan hatinya pasti bisa  melaksanakannya karena setiap orang mempunyai kemampuan dan potensi didalam dirinya.
                     4.         Kerja adalah aktualisasi
Kerja keras merupakan wadah aktualisasi diri bagi manusia pekerja dan potensinya akan berkembang melalui kerja keras. Aktualisasi  merupakan proses membuat potensi diri menjadi aktual atau menjadi nyata. Aktualisasi diri terlaksana dalam pekerjaan karena pekerjaan merupakan pembentukkan karakter dan kompetensi.
                     5.         Kerja adalah seni
Orang yang bekerja seharusnya mencintai pekerjaannya sehingga kalau seseorang mencitai pekerjaannya akan ada dorongan untuk menyelesaikan pekerjaan sebaik-baiknya tidak hanya secara normatif  namun juga akan kreatif. Inilah kerja adalah seni.
                     6.         Kerja adalah ibadah
Kita harus bekerja dengan sebaik-baiknya dan kita mengabdikan diri sebaik-baiknya melalui pekerjaan kita. Karena pekerjaan adalah pemberian Tuhan.
                     7.         Kerja adalah kehormatan
Melaksanakan pekerjaan dengan bertanggungjawab, jujur, tepat waktu, berkualitas, dapat dipercaya dan diandalkan. Malu bila melakukan hal yang tidak benar dan hal yang memalukan adalah mengorbankan kehormatan.
                     8.         Kerja adalah pelayanan
Sebagai orang percaya kita yakin, siapapun yang kita layani kita melayani Tuhan dan jika kita bekerja kita melayani Tuhan.
            Sedangkan etos kerja kristiani Andy Kirana merangkum sebagai berikut:
1.      Setiap orang percaya dipanggil oleh Tuhan untuk melakukan pekerjaannya masing-masing didunia ini.
2.      Setiap orang percaya melakukan pekerjaannya sebagai ibadah kepada Tuhan, sebagai tugas yang suci dan mulia sehingga dilakukan dengan kesungguhan, disiplin dan tanggungjawab.
3.      Dunia adalah biara. Kita hidup dan bekerja dalam dunia untuk kemuliaan Tuhan.
4.      Setiap hasil yang kita peroleh, bukan terutama untuk dinikmati tetapi dijadikan modal untuk menghasilkan yang lebih baik lagi untuk Tuhan.
5.      Waktu adalah anugerah dan modal, sehingga tidak boleh hilang disia-siakan untuk kemalasan dan hanya dipakai bekerja untuk Tuhan. Istirahat diperlukan untuk tujuan bekerja lebih baik.
6.      Materi bukan tujuan. Materi adalah ciptaan Tuhan. Oleh karena itu menghasilkan materi sebanyak-banyaknya dengan cara yang baik dan benar untuk dimanfaatkan dengan baik dan benar itulah panggilan orang percaya.
BAB III
Penatalayanan Dalam Marketplace
            Pekerjaan bukan suatu tempat atau sesuatu yang tidak terhormat dan tidak dipandang Tuhan. Pekerjaan bukan tempat kurang mulia dibanding pelayanan di gereja. Pekerjaan bukan permainan yang dilakukan orang yang bukan Kristen. Tetapi pekerjaan tidak dapat dipisahkan dari Allah. Pekerjaan merupakan bagian terbesar dalam kehidupan manusia yang dipandang serius oleh Allah.[10] Pekerjaan merupakan sarana yang diberikanTuhan kepada manusia untuk mencapai tujuan yang penting.
            Kejadian 1, kita mendapati bahwa Allah bekerja menciptakan langit dan bumi, dalam Kejadian 2:2 Allah menamakan kegiatan ini pekerjaan atau bekerja.  Menurut Sherman & Hendricks, ... Allah memandang pekerjaan itu sebagai hal yang sangat penting. Pertama-tama kita dapat mengatakan karena Allah sendiri Pekerja.[11] Sifat-sifat yang ada didalam manusia juga merupakan sifat Ilahi. Manusia diciptakan “menurut gambar Allah” (Kejadian 1:27). Karena manusia diciptakan sebagai Imago dei, artinya secitra dengan Allah, maka manusia diberi karunia oleh Allah untuk memiliki sekalipun dalam arti yang terbatas pada sifat-sifat Ilahi. Berarti manusia juga diciptakan sebagai pekerja. Tetapi bukan bekerja untuk dirinya sendiri tetapi sebagai partner Allah atau rekan kerja Allah.
            Sherman & Hendricks mengatakan pekerjaan merupakan sarana untuk mencapai beberapa tujuan:
1.      Melalui pekerjaan kita melayani orang lain.
2.      Melalui pekerjaan kita memenuhi kebutuhan kita sendiri.
3.      Melalui pekerjaan kita memenuhi kebutuhan keluarga kita.
4.      Melalui pekerjaan kita memperoleh uang untuk dapat memberi kepada orang lain.
5.      Melalui pekerjaan kita mengasihi Allah.
BAB V
Penutup
Penatalayanan/ pengabdian Kristen harus menjadi gaya hidup setiap orang Kristen. Dan tidak ada dikotomi pekerjaan sekuler dan pelayanan sepenuh waktu, karena setiap orang percaya akan bertanggungjawab terhadap Tuhan atas semua yang dipercayakan tanpa membedakan sekuler maupun pelayanan .
Penatalayan atas talenta mempunyai arti bahwa setiap orang percaya harus mempertanggungjawabkan atas talenta yang Tuhan berikan. Tuhan memberikan talenta kepada setiap orang percaya berupa potensi diri yang antaralain berupa: bakat, keahlian dan karunia roh. Potensi ini harus dikembangkan oleh setiap orang percaya dan dipertanggungjawaban kepada Tuhan sebagai tuan kita.
            Mengetahui potensi diri adalah langkah awal dalam pertanggungjawaban kita kepada Tuhan dan mengembangkan potensi diri kita keharusan untuk menggenapi  rencana Allah dan mengaktualisasi potensi yang dikembangkan dalam kehidupan kita itulah penatalayanan talenta.
Penatalayanan dan marketplace, berarti berbicara tentang perilaku, bertanggungjawab dan orang-orang atau manusia yang ada di dalamnya. Saat kita berbicara tentang perilaku orang dalam hunbungannya dengan sesamanya, kita bisa terkagum  dan ingin menirunya. Tetapi juga sebaliknya bisa sebaliknya kita cemooh atau mengucilkannya.
            Namun sebagai orang percaya, harus memperlihatkan sikap yang benar dan perilaku yang baik sesuai dengan etika Kristen dan etos kerja Kristen . Dan jangan sekali-kali berkompromi seperti Esau dengan semangkuk kacang merahnya. Harus berani menentang dan melawan ketidakbenaran dan ketidakadilan dengan cara yang bijaksana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar