Kamis, 23 Oktober 2014

Hari Raya Yom Kippur

"Hari Raya Yom Kippur"

(Imamat 16:5-10)
16:5. Dari umat Israel ia harus mengambil dua ekor kambing jantan untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan untuk korban bakaran.
16:6 Kemudian Harun harus mempersembahkan lembu jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa baginya sendiri dan dengan demikian mengadakan pendamaian baginya dan bagi keluarganya.
16:7 Ia harus mengambil kedua ekor kambing jantan itu dan menempatkannya di hadapan TUHAN di depan pintu Kemah Pertemuan,

16:8 dan harus membuang undi atas kedua kambing jantan itu, sebuah undi bagi TUHAN dan sebuah bagi Azazel.
16:9 Lalu Harun harus mempersembahkan kambing jantan yang kena undi bagi TUHAN itu dan mengolahnya sebagai korban penghapus dosa.
16:10 Tetapi kambing jantan yang kena undi bagi Azazel haruslah ditempatkan hidup-hidup di hadapan TUHAN untuk mengadakan pendamaian, lalu dilepaskan bagi Azazel ke padang gurun.
Setiap tahun sejak zaman Musa, pada tanggal 10 Tishrei selama beribu-ribu tahun, bangsa Israel merayakan Yom Kippur (atau Hari Penebusan). Setiap tahun selalu saja terjadi mukjizat yang sama yang tidak pernah tidak terjadi sampai pada suatu hari tertentu.
Pada perayaan Yom Kippur di tahun Ibrani 3791, tiba-tiba mukjizat tersebut berhenti dan tidak terjadi. Sampai hari dimana Bait Suci dibakar dan dihancurkan oleh bangsa Romawi pada tahun 70 sesudah Masehi, mukjizat itu tidak pernah terjadi lagi.
Mukjizat apa itu sebenarnya dan mengapa tahun itu mukjizat tersebut berhenti?
Di dalam setiap ritual Bait Suci pada perayaan Yom Kippur, sang Imam Besar mengambil dua ekor kambing jantan yang identik (persis sama/ mirip). Sang Imam akan membuang undi untuk menentukan yang mana dari dua kambing jantan itu akan dikorbankan sebagai korban penghapus dosa, dan kambing yang mana akan dilepaskan bagi Azazel ke padang gurun.
Sebelum melepaskan kambing yang kedua ke padang gurun, sang Imam Besar akan mengikatkan sebuah kain merah kirmizi pada tanduknya. Sebagian dari kain kermizi yang diikatkan tersebut dipotong dan diikatkan di pintu Bait Suci.
Setiap tahun, kain berwarna merah kirmizi yang diikat di pintu Bait Suci ini berubah menjadi putih setelah semua ritual Yom Kippur diselesaikan. Bagi bangsa Israel, ini merupakan tanda bahwa TUHAN menerima pengorbanan mereka dan dosa yang merah sebagai bangsa telah dihapuskan menjadi putih.
Mukjizat inilah yang dimaksud oleh Yesaya ketika dia menulis:
Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju… (Yes 1:18)
Mukjizat yang Terhenti
Pada tahun Ibrani 3791, untuk pertama kalinya, bagian potongan kain kermizi yang diikatkan di pintu Bait Suci, tidak berubah menjadi putih. Sepanjang malam, sampai keesokan harinya, kain itu tetap berwarna merah.
Hal ini mengguncangkan seluruh bangsa Israel karena hal itu berarti bahwa korban penghapusan dosa bangsa ini tidak diterima oleh TUHAN. Mereka mulai panik dan bertanya-tanya, “Kalau TUHAN tidak lagi menerima penebusan dosa ini, kita perlu memperoleh penebusan dosa dengan cara lain… tetapi, cara apa?”
Mereka tidak tau bahwa tahun yang sama, TUHAN sudah menerima korban penebusan dosa yang tidak hanya berlaku sampai tahun berikutnya tetapi sampai selama-lamanya, korban yang bukan hanya untuk menenbus dosa bangsa Israel tetapi juga bangsa-bangsa yang lain.
Tahun Ibrani 3791 adalah tahun dimana kain kermizi di pintu Bait Suci tidak berubah menjadi putih. Tahun itu adalah tahun Gregorian 30 Masehi, yaitu pada tahun dimana seorang Rabbi Yahudi muda dari Nazaret mati di kayu salib.
Pintu-pintu yang Terbuka
Selama 40 tahun sejak tahun Ibrani 3791 atau tahun Gregorian 30 Masehi, kain merah kermizi yang diikatkan di pintu Bait Suci tidak berubah warna menjadi putih. Selama 40 tahun bangsa Israel bertanya-tanya, apa yang menyebabkan hal ini, sampai Bait Suci dihancurkan tahun 70 Masehi (tahun Ibrani 3861).
Selama 40 tahun tersebut (30-70M), bukan hanya kain kermizi tidak berubah warna, tetapi banyak hal yang “aneh” terjadi di dalam Bait Suci tersebut.
Daun-daun pintu Bait Suci yang biasanya selalu tertutup rapat selalu saja terlempar dan terbuka dengan sendirinya setiap malam selama 40 tahun. Tidak peduli apa pun yang dilakukan oleh kaum pemimpin agama bangsa Israel ketika itu, pintu-pintu itu selalu saja ditemukan terbuka lebar pada malam harinya.
Otoritas tertinggi Yahudi ketika itu dipegang oleh Yokhanan ben Zakkai, yang melihat kejadian ini sebagai sebuah tanda, bahwa Bait Suci akan segera dihancurkan. Kitab Talmud Yerusalem mencatat bahwa Yokhanan ben Zakkai meratap karena merasa bahwa Zakaria 11:1 merupakan konfirmasi dari pewahyuan yang dia terima, yaitu kehancuran Bait Suci yang akan terjadi segera.
Bukalah pintu-pintumu, hai Libanon, supaya api dapat memakan pohon-pohon arasmu. (Zak 11:1)
Mungkin Saudara heran, apa hubungan antara Libanon dan pohon aras dengan Bait Suci di Yerusalem? Mungkin Saudara heran karena ayat ini merupakan nubuatan mengenai kehancuran Lebanon dan bukan kehancuran Bait Suci.
Tetapi orang-orang Yahudi, seperti juga Yokhanan ben Zakkai ketika itu, tau persis bahwa Bait Suci dibangun dengan berbagai macam bahan bangunan, terutama dari kayu pohon aras yang diambil dari hutan di Libanon. Raja Salomolah yang menetapkan bahan bangunan tersebut ribuan tahun sebelumnya.
Dan ketahuilah, aku [Raja Salomo] berpikir-pikir hendak mendirikan sebuah rumah bagi nama YHVH, Elohimku, seperti yang dijanjikan YHVH kepada Daud, ayahku… Oleh sebab itu, perintahkanlah orang menebang bagiku pohon-pohon aras dari gunung Libanon,… (1 Raja 5:5-6)
Ketika pintu Bait Suci terus menerus terlempar sampai terbuka setiap malam selama 40 tahun, Yokhanan ben Zakkai segera mengingat nubuatan Zakaria 11:1, yaitu bahwa kehancuran Bait Suci sudah dekat.
Sejak Yom Kippur tahun 3791, tidak ada manusia yang bisa menghalangi manusia lain untuk memasuki Bait Suci. Pintu-pintu dan penghalang-penghalang lain di dalam Bait Suci terbuka lebar setiap malam, seolah-oleh mengundang setiap orang, untuk masuk melewati pelataran, masuk ke ruang kudus sampai ke ruang Maha Kudus. Tempat itu bukan lagi secara ekslusif dimasuki oleh Imam Besar saja, tetapi segala manusia dari berbagai bangsa.
Lilin Menorah Yang Mati
Penerangan yang paling utama di Bait Suci berasal dari 7 kaki dian yang disebut Menorah. Menorah ini merupakan lambang dari api Roh Kudus yang hadir di tempat itu. Menorah ini melambangkan api hadirat TUHAN di tempat itu.
Selama ribuan tahun, para imam bangsa Israel memastikan bahwa lampu-lampu itu memiliki cukup minyak sehingga tetap menyala dan tidak pernah mati. Itulah perintah yang diberikan oleh TUHAN kepada Imam Harun dan keturunannya melalui Musa.
Perintahkanlah kepada orang Israel, supaya mereka membawa kepadamu minyak zaitun tumbuk yang tulen untuk lampu, supaya lampu dapat dipasang dan tetap menyala. (Im 24:2 ITB)
Tetapi pada hari Yom Kippur tahun 30 Masehi (tahun yang sama Yahshua disalibkan), lilin yang paling utama di antara 7 lilin menorah itu selalu mati sendiri tanpa sebab. Segala upaya dilakukan supaya lilin itu bisa bertahan menyala dan tidak mati, tetapi tidak berhasil. Selama 40 tahun atau selama lebih dari 12500 hari berturut-turut, lilin utama itu tidak pernah tetap menyala.
Api lilin Menorah, yang merupakan lambang dari hadirat TUHAN, selalu mati sejak tahun itu. Hal ini merupakan sebuah tanda bahwa hadirat TUHAN yang sebelumnya hanya secara eksklusif ada di Bait Suci itu, telah menguap. Penyembahan dan kontak dengan TUHAN yang Maha Tinggi, tidak lagi terpusat di satu tempat saja. Seperti Yahushua menjelaskannya kepada perempuan Samaria…
Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi. Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah.” Kata Yesus kepadanya: “Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. (Yoh 4:19-21)
Tempat untuk menyembah TUHAN tidak lagi relevan.
Sebelah Kanan TUHAN
Di dalam pelemparan undian untuk menentukan kambing pengorbanan untuk TUHAN dan kambing Azazel, Imam Besar berdiri di antara kedua kambing jantan tersebut. Ketika undian dilempar, kadang-kadang kambing yang terpilih untuk dijadikan korban penebusan bagi TUHAN adalah kambing yang disebelah kiri, kadang-kadang lagi yang terpilih adalah di sebelah kanan.
Namun sejak Yom Kippur 3791, kambing yang terpilih untuk bakaran bagi TUHAN (dan bukan bagi Azazel) selalu saja kambing yang di sebelah kiri. Selama 40 tahun sampai Bait Suci dihancurkan, kambing yang dibakar adalah kambing yang berdiri di sebelah kiri Imam Besar.
Bukan sebuah kebetulan kalau setelah kebangkitan Yahushua dan kenaikanNya, Sang Anak Domba TUHAN yang dikorbankan bagi dunia, duduk di sebelah kanan Bapa.
Jawab Yesus: “Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit.” (Mar 14:62 ITB)
TUHAN sudah selesai menerima pengorbanan dari kambing yang di sebelah kanan Imam. Di sebelah kanan TUHAN sudah berdiri Sang Korban keselamatan yang berlaku selamanya.
Talmud yang Menjadi Saksi
Kejadian Yom Kippur sejak tahun Ibrani 3791 yang berlangsung selama 40 tahun sampai Bait Suci dihapuskan, tercatat di dalam dua kitab Talmud, yang menjadi saksi tertulis bahwa berita di atas adalah benar dan memang terjadi.
Berikut yang tertulis di dalam Talmud Yerushalayim:
Forty years before the destruction of the Temple, the western light went out, the crimson thread remained crimson, and the lot for the Lord always came up in the left hand. They would close the gates of the Temple by night and get up in the morning and find them wide open. ~Jacob Neusner, The Yerushalayim, p.156-157.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar