Rabu, 10 Desember 2014

TRITUNGAL dan Polemiknya.


TRITUNGGAL DOKTRIN YANG BERAKAR DAN BERDASAR PADA ALKITAB
Menanggapi Tulisan Julius Sangguwali

Oleh : Pdt. Ady W. F. Ndiy, S.Th



Berbicara tentang doktrin tentang Allah, berarti kita berbicara tentang suatu realitas yang tidak terbatas, serba Maha, Pencipta segala sesuatu termasuk manusia, yang melampaui akal dan pikiran manusia yang terbatas. Artinya tidak mungkin manusia dapat memahami Allah secara tuntas serta mengurung Allah yang tidak terbatas didalam akalnya yang tidak terbatas. Tetapi itu tidak berarti bahwa kita tidak dapat mengenal Dia atau menjelaskan tentang siapa Allah.

Kita dapat mengenal Allah sebatas Ia menyatakan diri-Nya kepada manusia didalam dan melalui FirmanNya. Satu hal yang harus di ingat bahwa berbicara tentang Allah, berarti kita berbicara tentang Allah yang pada hakekatnya Roh adanya dan bukan materi, sehingga Allah tidak dapat kita batasi pada ruang dan waktu seperti halnya manusia yang bersifat materi.

Mengikuti polemik berkepanjangan antara Unitarian dan Trinitarian tentang doktrin Trinitas/Tritunggal, maka penulis merasa terpanggil untuk turut serta menyampaikan atau memaparkan kebenaran Alkitab tentang realitas Allah Tritunggal. Mengapa, sebab Julius Sangguwali (JS) dkk (Unitarian) mengklaim bahwa ajaran tentang Tritunggal adalah sesat dan tidak berakar atau berdasar pada Alkitab, padahal secara jelas dan gamblang Ev. Esra Soru sudah memaparkan dan mengupas beberapa bukti Alkitabiah yang menjadi dasar ajaran tentang Trinitas.

TANGGAPAN TERHADAP BUKU FRANS DONALD

Sabtu, 16 April 2011

TANGGAPAN ATAS BUKU FRANS DONALD: MENJAWAB DOKTRIN TRITUNGGAL

Oleh: Albert Rumampuk




Awal bulan September 2007 yang lalu, saya pergi ke salah satu toko buku di kota Palu. Ketika sedang mencari-cari buku yang disukai, tiba-tiba mata saya melihat salah satu buku yang berjudul ‘Allah dalam Alkitab dan Al-Quran’ yang ditulis oleh Frans Donald, salah seorang penganut sekte sesat Unitarian atau yang di Indonesia juga dikenal dengan sebutan ‘Kristen Tauhid’. Saat itu saya tertarik dan membeli buku tersebut. Malam harinya saya mulai membaca dan melihat salah satu pointnya yang membahas soal keilahian Yesus Kristus. Jujur, saat membaca buku itu, ada 2 pernyataannya yang tidak bisa saya jawab:


Pertama, saat di surga, Yesus bukanlah Allah karena dalam Wahyu 3:2 dan 12, dia menyebut ‘Allahku’, berarti  Yesus memiliki Allah, dia bukan Allah yang sejati (hal. 38-39). Yang kedua, dalam buku itu penulisnya membahas arti dari Yoh 1:1 yang ditinjau dari teks aslinya (bahasa Yunani) dan dikatakan bahwa Yesus bukan Allah yang sejati (hal. 45-46).