Selasa, 14 Mei 2013

Persembahan Persepuluhan Kepada Tuhan


Perdebatan tentang ajaran persepulahan dikalangan teolog masih terus berlangsung. Ada kelompok yang berpendapat bahwa ajaran persepuluhan bukan merupakan ajaran yang harus dilakukan gereja karena ajaran itu diberikan kepada bangsa Israel. Ada pula kelompok yang mengajarkan bahwa perintah persepuluhan adalah mutlak bagi setiap orang percaya pada Yesus. Dua pandangan ini mendominasi dikalangan kelompok gereja injili. Di sisi lain ada pemimpin-pemimpin gereja yang sudah menyalahartikan dan menyalahgunakan  untuk kepentingan pribadi. Namun ada juga pemimpin gereja merasa enggan membicarakan dan mengajarkan  karena rasa takut dilabel sebagai pemimpin atau pendeta yang cinta uang. Ada suatu kesulitan bagi gereja tertentu untuk mengajar jemaatnya untuk memberi persembahan seperti ini. Sebagai akibatnya tidak jarang sebuah gereja meminta pengkhotbah undangan untuk mengkhotbahkan . Apa sikap-sikap seperti di atas layak dimiliki seorang gembala sidang? Apa yang diajarkan Alkitab tentang ini? Apakah doktrin  merupakan perintah bagi gereja atau hanya bagi umat Israel di masa Perjanjian Lama? Pertanyaan-pertanyaan ini akan dijawab dalam artikel ini.
DOKTRIN PERSEPULUHAN SEBELUM MASA ISRAEL

Benarkah anggapan banyak orang bahwa ajaran persepuluhan merupakan ajaran masa Hukum Taurat? Penyelidikan Alkitab akan mematahkan pandangan ini karena justru sebelum Adanya Alkitab atau Hukum Taurat, ajaran ini sudah diberikan Allah kepada Abraham. Pertama sekali kata “persepuluhan” muncul dalam Alkitab ada di Kejadian 14:20. Konteksnya berkenaan dengan peperangan antara raja Kdorlaomer dan para raja yang bersama-sama dengannya melawan kerajaan-kerajaan di Sodom dan Gomora, dimana Lot dan keluarganya berdomisili. Lot dan keluarganya ditawan dan berita itu segera terdengar Abraham dari seorang pelarian yang memberitahukan kejadian.
“Ketika Abraham mendengar bahwa anak saudaranya tertawan, maka dikerahkannyalah orang-orangnya yang terlatih, yakni mereka yang lahir di rumahnya, tiga ratus delapan belas orang banyaknya” (Kej 14:14).
Abraham berhasil menyelamatkan Lot dan keluarganya serta harta bendanya (Kej 14:15). Pada masa itu Raja Salem (Yerusalem) yaitu Melkisedek, seorang imam Allah Yang Mahatinggi memberkati Abraham atas apa yang telah ia perbuat. Raja Salem itu berkata,
“Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi, dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuhmu ke tanganmu.” Lalu Abram memberikan kepadanya sepersepuluh dari semuanya.” (Kejadian 14:20).
Yang menjadi pertanyaan penting di sini adalah, dari manakah Abram mengetahui ajaran ini bahwa ketika ia diberkati Allah, ia harus memberikan persepuluhan kepada Tuhan? Seperti yang dijelaskan diatas pernyataan hal persembahan persepuluhan baru pertama kalinya dicatat dalam Alkitab dan pada masa Abraham, ia pun tidak memiliki Alkitab sebagai pendoman yang bisa ia pelajari.
Suatu asumsi yang bisa dianalisa dari kejadian ini adalah bahwa suatu ajaran itu didapatkan secara lisan turun-temurun dari orangtua dan nenek moyangnya, karena di masa itu belum ada catatan firman Allah. Bisa dipastikan bahwa Abraham mendapatkan ajaran itu dari Ayahnya, Terah, dan Terah mendapatkannya dari nenek moyangnya, Nuh, orang benar itu, dan seterusnya. Dan jika diurut terus maka akan sampai kepada Adam. Dengan kata lain meskipun tidak memiliki bukti tertulis, ajaran ini sudah ada sejak masa Adam. Perhatikanlah apa yang dilakukan salah satu anak Adam, yaitu Habel. Ia memberikan persembahan korban bakaran kepada Tuhan dan persembahannya diterima Tuhan (Kej 4:4). Tetapi jika diselidiki dengan seksama, kita tidak menemukan catatan dalam Alkitab sebelumnya yang membahas tentang cara dan jenis persembahan yang dipersembahkan kepada Tuhan. Hal ini hanya bisa diasumsikan bahwa ajaran itu diberikan Allah kepada Adam dan ia mengajarkannya kepada anak-anaknya.
Dalam Kejadian 18:12-15 terdapat kata “” untuk kedua kalinya dalam Alktiab yaitu tentang Yakub berjanji memberikan persepuluhan. Seperti yang kita ketahui Abraham adalah kakek Yakub, ayahnya Ishak. Hingga pada masa Yakub belum ada firman Tertulis, Alkitab, tetapi pengajaran masih seperti biasanya, diberikan secara turun temurun. Sang ayah bertanggungjawab mengajarkan kebenaran firman Allah kepada anak-anaknya.
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah kenapa Yakub bisa berjanji untuk memberikan persembahan persepuluhan kepada Tuhan? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu mengerti sedikit latarbelakang kejadian ini. Latarbelakangnya demikian, ketika Yakub melarikan diri dari Barsheba ke daerah Mesopotami, ke rumah pamannya, Laban, dalam perjalanannya menuju Haran, di suatu malam, di Betel, Yakub bermimpi,
Di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai ke langit, dan tampaklah malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu. Berdirilah Tuhan di sampingnya dan berfirman: “Akulah Tuhan, Allah Abraham, nenekmu, dan Allah Ishak; tanah tempat engkau berbaring ini akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu. . . .  (Kej 28:12-15).
Lalu Yakub bernazar (berjanji) kepada Tuhan:
Jika Allah akan menyertai dan akan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini, memberikan kepadaku roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai, sehingga aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka Tuhan akan menjadi Allahku. Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepada-Mu” (Kej 28:20-22).
Yakub sangat mengerti jika Tuhan memberkatinya, ia harus memberikan persembahan persepuluhan dari apa yang ia terima dari Tuhan. Tidak bisa dipungkiri ajaran ini menjadi ajaran yang sudah menjadi ajaran yang diturunkan secara turun temurun dan dari mulut ke mulut. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa ajaran persembahan persepuluhan itu bukanlah ajaran yang didasarkan pada ajaran Hukum Taurat dimana Kitab Taurat diberikan dan dituliskan Musa 400 tahun setelah masa Yakub, yaitu ketika Israel keluar dari Mesir yang dipimpin oleh Musa.
Allah memberikan Hukum Taurat untuk Israel di padang gurun sebagai panduan bagi mereka ketika tiba nantinya di Tanah Perjanjian. Maka berdasarkan analisa ini, kita tidak salah jika kita mempercayai bahwa ajaran persembahan persepuluhan sudah ada sejak masa Adam. Jika demikian, itu berarti Allah menginginkan persembahan tersebut diberikan oleh setiap orang yang pernah hidup di dunia ini, terutama mereka yang telah percaya kepada Tuhan dan menjadi umat Tuhan. Bagaimana dengan mereka yang tidak percaya kepada Tuhan, apakah mereka wajib memberikan persembahan tersebut? Alkitab tidak mencatat lebih rinci tentang kelompok yang tidak percaya. Itu semua menjadi wewenang Tuhan tetapi mereka yang mengasihi Tuhan harus memperhatikan dan menuruti perintah Tuhan.
DOKTRIN PERSEPULUHAN DALAM HUKUM TAURAT
Setelah Allah memberkati Abraham dan keturunannya menjadi suatu bangsa yang besar (Kej 12:1-3), Allah memberikan firmanNya dalam bentu TULISAN untuk diajarkan yaitu hukum Taurat. Allah memakai Musa untuk menuliskan Hukum Taurat yaitu Kelima Buku Musa ketika bangsa Israel masih berada dalam perjalanan munuju tanah Kanaan, Tanah Perjanjian yang diberikan Allah kepada Israel. Dalam buku inilah, diperjelas bahwa setiap umat Israel, harus memberikan persepuluhan ke rumah Tuhan dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Allah. Orang Israel diperintahkan untuk memberikan persembahan persepuluhan kepada Tuhan (Im 27:30-33; Bil 18:21, 24, 26, 28; Ul 12:6, 11, 12;  26:12).
Apa yang dicatat dalam ayat-ayat ini adalah suatu perintah yang akan dilakukan bangsa Israel ketika mereka tiba di tanah Kanaan. Semua keturunan Yakub akan mendapatkan tanah tempat mereka tinggal dan bercocok tanam serta memelihara ternak mereka. Hanya suku Lewi yang tidak memiliki wilayah khusus seperti suku-suku lain. Suku ini menjadi suku yang dikhususkan Allah untuk melayani Tuhan dibait Allah dan hidup disekitar bait Allah. Tetapi mereka tidak memiliki lahan untuk bercocok tanam dan memelihara ternak. Hidup mereka sepenuhnya dipakai untuk mengurus rumah Tuhan dan melayani Tuhan. Itulah sebabnya persembahan persepuluhan yang diberikan suku-suku Israel ke rumah Tuhan merupakan hak suku Lewi. Mereka akan mendapatkan bagian dari persembahan tersebut namun demikian mereka juga harus memberikan persembahan persepuluhan mereka setelah mereka menerima bagian masing-masing. Tuhan berfirman,
“Mengenai bani Lewi, sesungguhnya Aku berikan kepada mereka segala persembahan persepuluhan di antara orang Israel sebagai milik pusakanya untuk membalas pekerjaan yang dilakukan mereka, pekerjaan pada Kemah Pertemuan” (Bil 18:21).
“Sebab persembahan persepuluhan yang dipersembahkan orang Israel kepada Tuhan sebagai persembahan khusus Kuberikan kepada orang Lewi sebagai milik pusakanya; itulah sebabnya Aku telah berfirman tentang mereka: Mereka tidak akan mendapat milik pusaka di tengah-tengah orang Israel” (Bil 28:24).
Butir persembahan persepuluhan ini, dimasukkan Allah sebagai bagian dari perintahNya untuk memperjelas ajaran yang telah diberikan Allah kepada Abram, Nuh, dan Adam. Dengan dituliskannya perintah persembahan persepuluhan ini, maka umat Israel tidak bisa berdalih untuk tidak melakukannya. Ajaran ini bukanlah perintah baru, tetapi perintah tertulis baru yang diberikan Allah ketika Musa memimpin Israel keluar dari Mesir. Allah telah memerintahkan dan umatNya harus melakukannya. Dengan demikian terlihat dengan jelas bahwa ajaran persembahan persepuluhan bukanlah ajaran yang hanya didasarkan oleh Hukum Taurat yang dikhususkan untuk umat Israel, karena jauh sebelum bangsa Israel ada, ajaran ini sudah menjadi bagian dari kehidupan orang-orang percaya atau umat Tuhan. Ajaran ini merupakan ajaran kekal yang harus dilakukan hingga sekarang ini.
DOKTRIN PERSEPULUHAN DI MASA GEREJA
Apa yang diajarkan Kitab Perjanjian Baru tentang doktrin persepuluhan? Apakah gereja harus melakukan ajaran ini? Melihat penjelasan di atas sangat jelas bahwa ajaran ini tidak dikhususkan untuk kelompok tertentu tetapi suatu ajaran kekal yang harus dilakukan oleh mereka yang mengasihi Tuhan, mulai dari masa Adam hingga masa yang akan datang. Namun dalam hal ini sangat dibutuhkan penjelasan Yesus dan aplikasi pengajaran tersebut dalam kehidupan Kristen pada masa gereja mula-mula yaitu masa rasul-rasul.
Ajaran Yesus tentang Persepuluhan
Banyak orang berpikir bahwa Yesus tidak mengajarkan dan memerintahkan pengikutnya untuk memberikan persembahan persepuluhan karena tidak menemukan suatu ajaran atau tulisan yang ekplisit tentang itu. Namun jika diselidiki dengan seksama, sebenaranya Yesus sendiri selama pelayananNya sungguh-sungguh mengajarkan persembahan Persepuluhan. Satu hal yang perlu digarisbawahi adalah bahwa Yesus datang untuk meluruskan banyak ajaran yang telah disalahgunakan dan dikesampingkan serta tidak dilakukan orang Israel masa itu. Itulah sebabnya Yesus sering menegur dan mendobrak ajaran, tradisi dan adat istiadat orang Israel yang bertentangan dengan ajaran firman Allah. Setiap ajaran yang tidak sejalan dengan apa yang Allah tuliskan dalam Alkitab akan diluruskan Yesus. Namun demikian kita harus ketahui bahwa Yesus tidak pernah mengutak-atik ajaran persembahan persepuluhan karena ajaran itu harus dilakukan dan memang setiap orang Israel masa itu mengerti akan kewajiaban mereka untuk memberikan persembahan persepuluhan walaupun dilakukan secara formalitas dan dengan berbagai kesalahan dan kecurangan. Namun dalam pemikiran orang Israel, mereka wajib memberikan persembahan persepuluhan. Kesalahan yang dilakukan sekelompok orang membuat Yesus harus menyinggung ajaran ini, namun bukan untuk membatalkan atau meniadakan ajaran persembahan persepuluhan.
Coba baca Matius 22:15-22 dimana Yesus dicobai oleh orang-orang Farisi perihal membayar pajak kepada Kaisar. Orang-orang Farisi ingin menjebak Yesus dengan suatu pertanyaan, ketika mereka bertanya,
Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak? (Matius 22:17).
Namun Yesus mengetahui isi hati mereka yang hanya ingin mencobai Yesus. Lalu Yesus menjawab,
Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada Allah apa yangwajib kamu berikan kepada Allah (Mat 22:21).
Apa yang wajib diberikan kepada Allah yang berhubungan dengan konteks diatas? Jawabannya adalah persembahan persepuluhan karena persembahan ini merupakan yang wajib dilakukan umat Israel ditambah dengan persembahan khusus lainnya.
Pada kesempatan lain, Yesus menjelaskan ajaran ini, ketika Ia mengucapkan kata-kata kutuk kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Yesus berkata,
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebabpersepuluhan dari selasihadas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan (Mat 23:23).
Dengan jelas ayat ini memberitahukan bahwa persembahan persepuluhan dan persembahan khusus lainnya memang harus diberikan (wajib) tetapi jangan mengabaikan hal keadilan, belas kasihan dan kesetiaan. Semua doktrin atau ajaran Alkitab harus diajarkan dan tidak bisa menonjolkan yang satu tetapi mengabaikan yang lain termasuk ajaran persembahan persepuluhan. Meskipun ajaran ini tidak secara gamblang diajarkan Yesus, gereja mula-mula mengetahui bahwa ajaran ini merupakan suatu ajaran mutlak yang wajib dilakukan gereja.
Persepuluhan di masa gereja mula-mula
Kisah Para Rasul 4:32-37 merupakan perikope penting yang tidak bisa diabaikan.
Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan bersama. Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya. Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Branabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.
Berdasarkan ayat-ayat diatas, tidak ada yang bisa menyangkal bahwa persembahan persepuluhan merupakan ajaran yang telah dilaksanakan umat Tuhan pada masa gereja mula-mula. Hal ini sangat jelas terlihat dan dicatat dalam firman Allah, bahwa gereja mula-mula dengan kerelaan hati, mau mengembalikan persembahan persepuluhan kepada Tuhan. Kisah 4:32-37 memberikan suatu teladan dan gambaran orang-orang percaya yang mengasihi Tuhan pada masa itu. Persembahan persepuluhan bukan merupakan suatu pilihan bagi orang Kristen tetapi keharusan yang disertai dengan kesadaran dan kerelaan untuk mengembalikannya kepada Tuhan. Pada kenyataannya, jemaat gereja mula-mula bukan hanya memberikan sepersepuluh dari berkat Tuhan yang diterima, tetapi memberikan lebih dari 10%; ada yang memberi 20%30%40%50% bahkan lebih daripada itu, seperti yang dicatat dalam Kisah 4:32-37. Mereka menjual harta milik mereka untuk diberikan kepada Tuhan yang kemudian dipergunakan untuk membantu jemaat yang miskin dan berkekurangan. Pengalaman seperti ini tentu sangat jarang dijumpai sekarang ini.
PERSEPULUHAN SEBAGAI BUKTI KASIH KEPADA TUHAN
Jika berbicara tentang dosa yang dilakukan umat Kristen di masa sekarang, mungkin dosa yang paling besar adalah dosa tidak mengembalikan persembahan Persepuluhan. Sering orang Kristen merasa berat untuk memberikan persembahan persepuluhan. Bahkan ada orang merasa, ia harus menjadi seorang yang kaya dulu, baru kemudian memberikan persembahan persepuluhan. Ia harus makmur dulu, baru kemudian mencari Tuhan. Permasalahan yang sangat mendasar dari orang-orang Kristen seperti ini adalah kasih mereka yang sudah semakin menipis (kecil) kepada Tuhan.
Namun di sisi lain, ada juga orang Kristen yang rajin memberikan persembahan persepuluhan dengan maksud untuk mendapatkan berkat yang lebih besar dari Tuhan. Tindakan seperti ini tentu sudah terkontaminasi oleh pengajaran yang tidak baik, khususnya pengajaran gereja tertentu dengan  Sukses atau  Kemakmuran. Mereka memberi bukan karena mengasihi Tuhan tetapi karena pendetanya mengajarkan bahwa jika mereka memberi lebih besar, mereka akan menerima lebih besar lagi dan jika memberi sedikit maka akan menerima sedikit pula. Unsur kasih tidak terdapat pada tindakan seperti ini. Justru ketika mereka tidak mendapatkan apa yang telah dijanjikan, mereka akan menjadi orang Kristen yang murtad dan kecewa. Mereka akan meninggalkan gereja dan menganggap gereja itu pembohong besar. Orang-orang seperti ini sering ditipu oleh mereka yang menyalah-artikan dan menyalah-gunakan ajaran firman Allah. Mereka hanya mendengar apa yang dikhotbahkan tetapi tidak melihat apa yang diajarkan Alkitab.
Jika diselidiki lebih seksama, memberikan persepuluhan sebenarnya bukan memberi agar Tuhan senang kepada umatnya, tetapi karena persepuluhan itu merupakan hak Tuhan dan wajib diberikan. Itu adalah bagian Tuhan. Jika ingin mengatakan dengan istilah pemerintahan sebuah negara, itu hampir sama dengan pajak yang diberikan kepada pemerintah. Sebagai warga negara yang baik, ia harus membayar pajak karena itu kewajibannya dan bukan agar pemerintah senang terhadapnya. Tentu Tuhan tidak menginginkan umatnya memberikan persembahan persepuluhan seperti memberikan pajak kepada pemerintah. Tuhan ingin umatnya secara sadar mengembalikan persepuluhan karena mereka telah merasakan berkat dan kemurahan Tuhan dalam hidupnya. Mereka sadar bahwa TUHAN adalah Allah mereka yang sangat mengasihi mereka.
Jadi ketika seseorang memberikan persembahan persepuluhan, sesungguhnya ia ingin mengungkapkan isi hatinya yang penuh dengan ucapan syukur. Dengan kata lain, memberikan persembahan persepuluhan itu merupakan bukti kasih orang percaya kepada Tuhan. Setiap pemberian kepada Tuhan harus selalu didasarkan atas kasih. Seandainya seseorang memberikan sejumlah uang kepada Tuhan, tentu ia mengasihi Tuhan lebih dari nilai uang yang telah diberikan kepada Tuhan. Jika ia lebih mengasihi sejumlah uang tersebut, tentu ia tidak akan memberikannya kepada Tuhan.
Ketika Allah memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir dan memberikan tanah Kanaan sebagai warisan, mereka tidak menolak perintah persembahan persepuluhan. Mereka tahu bahwa kasih karunia Allah bagi mereka telah tak terhitung jumlahnya. Mereka telah dibebaskan dari perbudakan, dan akan memasuki tanah perjanjian yang makmur. Jangankan sepuluh persen, bahkan sembilan puluh persen pun mereka tidak akan merasa keberatan karena apa yang akan mereka miliki semata-mata pemberian Allah. Kalau dibandingkan dengan keadaan bangsa Israel, orang Kristen sepatutnya memberikan persembahan bukan hanya sepuluh persen melainkan dua puluh persen atau bahkan lebih karena orang Kristen telah dibebaskan dari neraka dan mendapatkan hidup yang kekal dan sorga.
Apakah kasih seseorang lebih besar kepada persepuluhan daripada kepada Tuhan? Jika memang kasihnya lebih besar kepada Allah, sepatutnya ia tidak memiliki masalah untuk mengembalikan persepuluhan kepada Tuhan. Justru ia harus merasa bersyukur karena bisa mengembalikan sebagian dari apa yang Tuhan berikan kepadanya. Jangan pernah merasa telah berjasa menolong Tuhan ketika memberikan persepuluhan. Jangan juga merasa telah berjasa menolong gereja ketika memberikan persepuluhan, tetapi justru sebaliknya, sadar bahwa itu merupakan kewajiban yang harus dilakukan sebagai umat Tuhan. Jika tidak mengembalikan persembahan persepuluhan kepada Tuhan sepatutnya merasa malu menghadap hadirat Tuhan. Bahkan dihadapan Tuhan ia menjadi seorang pencuri (perampok) seperti yang dicatat Nabi Maleakhi dalam Maleakhi 3:8-10,
Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: “Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?” Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus! Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa! Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.
Kata “menipu” di sini memiliki pengertian “mencuri, merampas dan merampok.” Itulah sebabnya Tuhan mengatakan bangsa Israel “telah kena kutuk.” Jangan beranggapan lagi bahwa ajaran ini hanya untuk umat Israel tetapi ajaran kekal yang harus dilakukan setiap umat Tuhan. Namun orang Kristen sering tidak perduli akan hal-hal rohani seperti itu, mereka lebih memilih menyenangkan hatinya. Ilustrasi dibawah ini mungkin bermanfaat untuk merefleksikan tingkat kerohanian pembaca dan sekaligus menilai seberapa besar kasihnya kepada Tuhan. Lihatlah apa anda memilih hal rohani atau duniawi:
“Apa yang paling mengganggu kamu”:
Seseorang tersesat di neraka. . . . atau satu goresan pada mobil baru kamu?
Tidak mengikuti kebaktian . . . . atau tidak masuk kerja satu hari?
Khotbah 10 menit lebih lama  . . . . atau makan siang setengah jam lebih lama?
Gereja tidak bertumbuh . . . . atau taman (kebun) Anda tidak bertumbuh?
Tidak membaca Alkitab . . . . atau tidak membaca Koran?
Pelayanan gereja diabaikan . . . . atau pekerjaan rumah kamu diabaikan?
Tidak mengikuti persekutuan. . . . atau tidak nonton program TV favorit kamu?
Persepuluhan kamu menurun . . . . atau pendapatan/penghasilan kamu menurun? Anak kamu terlambat ke sekolah Minggu dan gereja . . . . atau terlambat ke sekolah umum?
Mana yang benar-benar mengganggu?
PENYALAHGUNAAN DOKTRIN PERSEPULUHAN
Bukan suatu rahasia lagi di kalangan umat Kristen jika persembahan persepuluhan sering dimanfaatkan pemimpin gereja tertentu. Berkenaan dengan kegunaan dari persembahan persepuluhan dalam gereja, ada tiga pandangan yang perlu ditelusuri di sini:
  •  Pertama, kelompok yang mengajarkan bahwa PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN ITU MILIK PENDETA. Biasanya kelompok yang mempercayai pengajaran ini akan menafsirkan suku Lewi, penerima persembahan persepuluhan di Perjanjian Lama sama dengan Pendeta dalam gereja. Dengan demikian Pendeta mengklaim semua persembahan persepuluhan merupakan milik dan hak prerogatifnya. Dengan motif ini, maka tidak heran jika kelompok seperti ini cenderung ingin membuka gereja sendiri agar ia bisa mendapatkan hak ini. Semakin besar jumlah jemaatnya maka semakin besar uang yang akan didapatkan. Biasanya para asisten dan guru injilnya mendapatkan gaji atas kemurahan Pendetanya sebagai penerima persembahan persepuluhan tersebut. Itulah sebabnya terkadang terdengar pelaksanaan yang ekstrim dalam pemungutan persembahan ini. Bahkan ada yang mengawasi jemaatnya hingga pada penjualan kambing, si pendeta ikut ke pasar agar ia tahu jumlah harga jual kambing itu, dan ia langsung meminta sepersepuluh dari penjualannya. Ada juga yang menentukan minggu tertentu sebagai minggu pengumpulan persembahan persepuluhan dan ketika jemaat tertentu tidak hadir pada kebaktian itu, keesokan harinya pendetanya mengirimkan utusan ke rumah jemaat itu dengan membawa amplop persepuluhan agar dibayarkan. Bahkan karena ajaran itu sudah begitu alami hingga ketika jemaat beli sepuluh buah apel, satu biji apel menjadi milik pendeta dan diantarkan ke rumahnya. Kedengarannya memang aneh, tetapi itu telah dilakukan kelompok tertentu dan membuktikan bahwa ada penyimpangan mengenai persembahan persepuluhan ini.
  • Kedua, kelompok yang mengajarkan bahwa PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN ITU BUKAN SEPENUHNYA MILIK PENDETA. Hampir sama dengan kelompok pertama diatas, kelompok ini juga akan menyamakan pendeta dengan Suku Lewi yang menerima hak atas persembahan persepuluhan. Tetapi kelompok akan mengataka bahwa pendeta hanya berhak mendapatkan sebelas enplop persepuluhan dari seluruh persembahan persepuluhan yang terkumpul. Sama seperti sebelas suku Israel membekali satu suku Lewi melalui persembahan persepuluhan. Pertanyaannya adalah, bagaimana pelaksanaan pengambilan enplop perpuluhan tersebut? Apakah pendetanya mengambil 11 enplop terbanyak setelah diketahui isinya atau mengambil secara acak sebelum membuka isinya, tentu itu menjadi ukuran internal gereja tersebut. Namun pola ini juga memiliki peluang untuk disalahgunakan.
  • Ketiga, kelompok yang mengajarkan bahwa PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN ITU SEPENUHNYA MILIK GEREJA. Biasanya gereja yang mempercayai ajaran ini akan mengumpulkan persembahan persepuluhan itu dan menyerahkannya kepada bendahara gereja untuk dicatat dan disimpan. Pendeta tidak memiliki hak atas persembahan persepuluhan tersebut. Pendeta, guru injil dan staf gereja lainnya mendapatkan gaji atau tunjangan sesuai dengan jumlah yang ditetapkan para penatua (majelis/diaken) gereja sesuai dengan jabatan, lamanya mengabdi, tugas yang diemban, jenjang pendidikan dan kebutuhan dasar pelayanannya. Dengan demikian persembahan persepuluhan, persembahan khusus (kolekte) dan persembahan ucapan syukur jemaat kepada Tuhan dikumpulkan untuk dipergunakan sebagai gaji para hamba Tuhan dan staf gereja serta menjadi modal untuk pembangunan dan pemeliharaan gedung gereja. Dana itu juga dipakai untuk menyediakan fasilitas yang dibutuhkan serta dana pembukaan pelayanan dan pengiriman misi, atau biaya program-program lainnya yang berhubungan dengan pelayanan gereja tersebut. Namun demikian, jemaat yang diberkati melalui pelayanan para hamba Tuhan dalam sebuah gereja masih tetap bisa memberikan persembahan khusus yang ditujukan langsung kepada hamba Tuhan tertentu. Persembahan sedemikian, biasanya akan diberikan langsung oleh bendahara gereja kepada hamba Tuhan yang namanya tertera dalam enplop tersebut jika persembahan itu dimasukkan ke dalam kantong persembahan gereja.
Berdasarkan analisa penulis, kelompok ketiga ini lebih alkitabiah karena dua kelompok terdahulu tidak memiliki dasar untuk menyamakan pendeta dengan suku Lewi. Bayangkan jika sebuah jemaat terdiri dari 5,000 jemaat yang setia memberikan persepuluhan, pendeta itu akan menjadi seorang millionare. Tuhan tidak pernah menjadikan gereja menjadi ladang kekayaan. Petrus yang sering dikatakan sebagai pemimpin rasul di masa gereja mula-mula, yang ketika ia berkhotbah, 3,000 orang bertobat tidak memberikan indikasi bahwa ia pewaris persembahan persepuluhan jemaat Yerusalem masa itu. Ia justru memilih pergi meninggalkan Yerusalem dan gereja besar itu dan memberitakan injil ke luar daerah. Kisah Para Rasul 4:32-37 yang merupakan cara hidup jemaat mula-mula, tidak mencerminkan persembahan jemaat merupakan hak milik para pemimpin gereja tersebut, tetapi semua persembahan dipergunakan untuk kegiatan kerohanian dan kemajuan pemberitaan Injil.
Berilah persembahan persepuluhan kepada Tuhan sebagai bukti kasih kamu kepada Kristus yang telah mengasihi dan menyelamatkan serta memberkati kamu. Berilah persembahan persepuluhan sebagai bukti ketaatan kamu kepada perintah Tuhan. [by samson h]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar