Jumat, 26 April 2013


Unconditional Election (Pemilihan tidak bersyarat)

Sejak semula Allah telah menetapkan segala sesuatu “ menurut keputusan Kehendak-Nya”.

Ef 1:11
Aku katakan "di dalam Kristus", karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan—kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya



Pemilihan tanpa Syarat
Seandainya pemilihan Allah atas orang2 yang masuk ke surga didasarkan pada sesuatu yang harus ada pada diri kita, atau sesuatu yang harus kita pikirkan atau lakukan, siapkah yang akan diselamatkan? Siapakah yang layak berdiri di hadapan Allah dan menyatakan bahwa ia pernah melakukan satu kebaikan yang benar2 baik menurut pengertian terdalam dari kata tsb?

Kita semua telah mati dalam dosa dan pelanggaran kita (Ef esus 2). 

Efesus 2:1-2
1. Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.
2 Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.


Tak ada orang yang berbuat baik, seorangpun tidak (Rom 3)

Rom 3:10-12
10 seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.
11 Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah.
12 Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak
.

Bila pemilihan Allah didasarkan hanya pada satu kebaikan yang terdapat dalam diri kita, maka tak ada seorang pun yang akan dipilih. Tak ada seorang pun yang dapat masuk ke surga. Semua akan masuk ke neraka, karena tak ada seorang pun yang baik. Maka bersyukurlah kepada Allah atas pemilihan-Nya yang tanpa syarat.


Menurut kaum Arminian, pemilihan Ilahi – dan mereka percaya akan pemilihan – merupakan pemilihan yang bersyarat. Mereka berpendapat bahwa Allah sudah melihat sebelumnya (foresee) siapa yang akan percaya kepada Kristus, dan berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki-Nya terlebih dahulu(foreknowledge) ini, Allah menetapkan pilihan atas orang2 yg akan masuk surga.
Kaum Arminian percaya bahwa kadang2 manusia natural yang belum dilahirkan kembali memiliki cukup kebaikan sehingga jika Roh Kudus menolongnya, ia akan mempunyai keinginan untuk memilih Yesus. 

Manusia memilih Allah dan kemudian Allah memilih manusia. Pemilihan Allah bersyaratkan pemilihan manusia. Dengan demikian, kaum Arminian mengajarkan pemilihan yang bersyarat, sedangkan kaum Calvinis mengajarkan pemilihan tanpa syarat.


Menurut ajaran Calvinis, iman dan keselamatan hanya dapat terjadi setelah Roh Kudus berkarya melahirbarukan kembali manusia. Dan keputusan kepada siapa Roh Kudus berkarya pastilah tergantung sepenuhnya (100%) pada Allah, karena manusia yang telah mati secara Rohani tidak mungkin dapat meminta tolong. Inilah pemilihan tanpa syarat; pemilihan Allah tak berdasarkan pada apa yang manusia lakukan.


    A.Yoh 6: 37,39

    Yoh 6: 37
    Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.

    Yoh 6: 39
    Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.


    Keselamatan sepenuhnya terletak di dalam tangan Bapa. Bapalah yang memberikan mereka kepada Yesus untuk diselamatkan. Sekali mereka telah diberikan kepada Yesus, Yesus akan menjaga sehingga tak satu pun dari mereka yang akan terhilang. Maka keselamatan tergantung sepenuhnya kepada Bapa yang memberikan sejumlah orang yang diselamatkan kepada Kristus. Ini tidak lain adalah pemilihan tanpa syarat.


    B.Yoh 15:16

    Yohanes 15:16 
    Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu
    .


    Ayat diatas dengan jelas menyatakan tentang pemilihan tanpa syarat.
    Seorang Arminian berpendapat bahwa dirinyalah yang memilih Kristus. Kristus berkata: “Tidak, kamu tidak memilih Aku, sesungguhnya Aku yang memilih kamu.”

    Memang benar bahwa orang Kristen memilih Kristus. mereka percaya kepada Kristus.
    Ini merupakan keputusan yang mereka ambil. Meskipun demikian, Kristus menyatakan :”kamu tidak memilih Aku.”

    Pernyataan Kristus yang berbentuk negative ini merupakan cara yang tegas untuk menjelaskan bahwa meskipun seorang Kristen menyangka dirinya merupakan factor penentu dalam memilih Kristus, Kebenaran yang ultimat adalah bahwa Kristus yang memilih orang percaya.
    Dan setelah itu barulah orang percaya memilih Kristus.

    Kita mungkin beranggapan bahwa kita melakukan suatu kebaikan di dalam hidup ini, seperti percaya kepada Kristus, tetapi kita perlu ingat bahwa “Allah-lah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya” (Filipi 2:13).

    Filipi 2:13
    karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya
    .
    C.Kis 13 : 48

    Kis 13 : 48
    Mendengar itu bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan firman Tuhan; dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya.


    Pernyataan Lukas ini begitu menyulitkan kaum Arminian sehingga para theology mereka mencoba menyusun kembali kata2nya menjadi: “Dan semua orang yang percaya, ditetapkan Allah untuk menerima hidup yang kekal”. Dan perintis aliran Unitarianisme, yaitu Socinus (1539 - 1604) menerjemahkan ayat ini demikian. Ini merupakan pelanggaran yang serius terhadap Firman Tuhan. Terjemahan yang demikian akan sangat sesuai dengan pandangan kaum Arminian yang berpendapat bahwa Allah sudah melihat terlebih dahulu siapa saja yang akan percaya dan kemudian menetapkan mereka. Tetapi Alkitab menyatakan yang sebaliknya:
    “Dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya.”
    Kejelasan ayat ini begitu mencengangkan.


    D.2 Tesalonika 2:13

    2 Tesalonika 2:13
    Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai.



    Pertama-tama perhatikan bahwa umat Kristen di Tesalonika dikasihi oleh Tuhan. Ini sudah merupakan kasih yang memilih. Di dalam Alkitab, istilah “dikasihi oleh” tak pernah digunakan untuk orang yang tidak percaya atau dunia. Istilah ini hanya digunakan untuk mereka yang mengasihi Yesus dan yang diselamatkan oleh kematian-Nya.

    Fakta ini sudah menunjukkan kepada kita kasih Allah yang kekal dan yang menentukan pilihan.
    Kemudian Paulus menyatakan dengan jelas bahwa Allah telah memilih orang2 Tesalonika ini.

    Mungkin ada orang yang berkata,” Ya, memang Allah telah memilih mereka sejak kekekalan, Ia telah menetapkan sebelumnya orang2 yang akan pergi ke surga, tapi Ia melakukan hal ini berdasarkan pada pengetahuan-Nya terlebih dahulu.
    Allah telah melihat sebelumnya siapa yang akan percaya kepada Kristus dan berdasarkan pada hal ini, Ia memilih mereka.

    Tetapi pendapat seperti ini bertentangan dengan apa yang Paulus katakan. Paulus tidak mengatakan bahwa Allah memilih orang2 Tesalonika karena mereka telah dijadikan kudus atau karena mereka telah percaya. Paulus justru mengatakan hal yang sebaliknya. Allah memilih mereka untuk “diselamatkan”.

    Keselamatan didapatkan hanya dengan iman, maka ketika Paulus menyatakan bahwa Allah telah memilih orang2 di Tesalonika “untuk diselamatkan”, ini tentulah mengimplikasikan bahwa Allah telah memilih untuk memberi kepada mereka satu-satunya sarana untuk memperoleh keselamatan itu, yaitu iman.

    Jika Allah telah memilih untuk memberi suatu hasil akhir kepada seseorang tetapi tidak memberikan cara mencapainya, maka pilihan tersebut tak akan ada artinya.

    Untuk berjaga-jaga kalau masih ada yang ragu tentang apakah iman juga merupakan pemberian Allah dan bukan hasil usaha manusia.(Ef 2:8)

    Ef 2 :8
    Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.


    Paulus menyatakan bahwa Allah memilih mereka untuk diselamatkan “dalam Roh yang menguduskan mereka dan dalam kebenaran yang mereka percayai”. Jadi bisa dikatakan bahwa keselamatan, pengudusan, dan iman merupakan satu paket karunia Allah bagi orang2 di Tesalonika.

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa surat 2 Tes mengajarkan tentang pemilihan oleh Allah yang tidak bergantung pada apa pun yang ada dalam diri manusia, baik itu kekudusannya ataupun imannya. Pemilihan Allah adalah tanpa syarat.



    E.Efesus 1 :4-5

    Efesus 1 :4-5
    Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.
    Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya,


    Paulus berbicara mengenai Pemilihan Allah. Ia mengatakan Allah “memilih kita” bukan kita memilih Allah. Kemudian ia melanjutkan bahwa Allah “menentukan kita dari semula” lebih lanjut lagi, pemilihan yang berdaulat ini ditekankan lagi oleh pernyataan bahwa Allah telah memilih kita “di dalam Kristus”, yaitu bahwa Allah telah memilih kita bukan dikarenakan apa yang ada pada diri kita, tetapi dikarenakan Kristus Yesus.

    Paulus tidak menyatakan bahwa Allah memilih kita karena kita kudus, melainkan supaya kita kudus dan tak bercacat. Dan kekudusan meliputi iman, karena tanpa iman tak ada kekudusan.

    Efesus 1 menyatakan hal yang berlawanan dengan pendapat kaum Arminian , dan meniadakan pemilihan yang didasarkan pada apa yang kita miliki – perbuatan ataupun iman.

    Kesimpulan diatas lebih dikuatkan ketika Paulus menambahkan bahwa pemilihan dan penentuan sejak semula ini dilakukan “sesuai dengan kerelaan Kehendak-Nya”.

    Allah memilih manusia bukan karena ia telah melihat terlebih dahulu adanya sesuatu yang berharga pada diri manusia, seperti iman misalnya, karena bila demikian maka ia akan menyatakan bahwa Ia mempredestinasikan kita “menurut iman kita yang telah ia lihat terlebih dahulu.” 

    Paulus tidak memberikan sedikitpun rujukan kepada manusia, dan ia mengatakan bahwa alasan dari pemilihan tersebut hanya terdapat pada “kerelaan Kehendak” Allah. Untuk lebih menegaskan pemilihan berdaulat dari Allah, yang tidak didasarkan pada apa pun yang terdapat pada manusia, Paulus menambahkan kata “Kehendak-Nya”. Tanpa tambahan kata ini pun , pernyataan Paulus sudah cukup jelas. Paulus menuliskan bahwa pemilihan itu sesuai dengan kerelaan Allah. Kata2 ini sudah cukup untuk menerangkan bahwa alasan-alasan bagi pemilihan Allah sepenuhnya ada dalam Diri Allah sendiri. Tetapi Paulus menambahkan kata “Kehendak-Nya” yang menunjukkan dengan lebih kuat lagi kebebasan dari pemilihan Allah, fakta bahwa alasan-alasan dari pemilihan itu sepenuhnya terletak pada Kehendak Allah.



    F.Rom 8:29-30

    Rom 8:29-30
    29 Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
    30 Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.



    Jika ada satu ayat yang tampaknya mendukung konsep Arminian tentang pengetahuan yang telah Allah miliki terlebih dahulu (foreknowledge) inilah ayatnya. Tetapi anggapan bahwa ayat ini mendukung konsep yang salah ini disebabkan oleh pemahaman kaum Arminian yang dangkal atas ayat tsb karena kata yang dalam versi terjemahan lebih tua diterjemahkan sebagai “foreknew” adalah idiom Ibrani dan Yunani yang bermakna “mengasihi – terlebih dahulu”. Ketika Alkitab mengatakan bahwa Adam “knew” (mengenal) Hawa. Alkitab tidak pernah bermaksud mengatakan bahwa Adam mengetahui seberapa tingginya Hawa dan temperamen seperti apa yang dimiliki. Tidak, yang Alkitab maksudkan adalah bahwa Adam mengasihi Hawa.

    Dan pada waktu Daud mengatakan bahwa “Tuhan mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan” (Maz 1), maksud Daud bukan bahwaTuhan mengenal orang benar dan tidak mengenal orang fasik, Tuhan mengenal setiap hal dan setiap orang, termasuk juga orang fasik. Yang dimaksud oleh Daud adalah Tuhan mencintai jalan orang benar dan membenci jalan orang fasik, yaitu orang2 yang akan dihukum-Nya.

    Demikian juga Am3 :2. Allah bukan menyangkal Kemahatahuan-Nya dan berfirman bahwa Ia tidak mengenal orang2 lain secara intelektual. Bukan, ini adalah suatu gaya bahasa yang menyatakan “Hanya engkau yang Kukasihi di antara semua yang ada di dunia.”

    Ketika Paulus menyatakan Rom 8 :29 “ Whom He [GOD] foreknew, He also foreordained,” Ia menggunakan know sebagai idiom Alkitab yang berarti “mengasihi” dan yang Paulus maksudkan dalam ayat itu adalah :”Mereka yang telah dikasihi-Nya terlebih dahulu (atau mereka yang telah dikasihi-Nya sejak semula), mereka ini ditetapkan-Nya sebelumnya (atau ditetapkan-Nya sejak semula).”

    Bila kata foreknew dalam ayat ini hanya berarti “suatu pengetahuan intelektual”, maka kesimpulannya adalah Tuhan tidak mengetahui segala sesuatu, karena ia tidak tahu tentang orang-orang yang tidak ditetapkan-Nya sebelumnya untuk memperoleh pembenaran dan pemuliaan.

    Apa yang dinyatakan oleh Paulus dalam Rom 8 ini adalah bahwa terdapat sebuah rantai emas keselamatan yang dimulai dengan Kasih Allah yang kekal, yang menentukan pilihan, dan dilanjutkan secara tak terputus melalui penetapan, panggilan effektif, pembenaran, sampai pada pemuliaan final di surga.



    G.Rom 9 : 6-26

    Paulus menjelaskan bahwa keselamatan diperoleh bukan karena seseorang adalah keturunan Abraham secara jasmaniah tetapi keselamatan diberikan oleh Anugerah Allah yang berdaulat. Kebenaran inilah yang ingin kami uraikan disini.

    Indikasi pertama dapat kita lihat di Rom 9:7

    Rom 9:7
    dan juga tidak semua yang terhitung keturunan Abraham adalah anak Abraham, tetapi: "Yang berasal dari Ishak yang akan disebut keturunanmu." 


    Paulus menulis tentang pemilihan yang berdaulat dari Allah terhadap Ishak dan bukan terhadap Ismael. Allah berfirman dengan kedaulatan-Nya dan dalam pemilihan-Nya “yang berasal dari Ishak yang akan disebut keturunanmu.”

    Kemudian Paulus menunjuk kepada pemilihan berdaulat yang sama dalam kasus Yakub dan Esau. Mereka dilahirkan pada saat yang sama(anak kembar). Tetapi Allah dalam kedaulatan-Nya memilih Yakub dan melewatkan Esau.

    Unutk menunjukkan bahwa pemilihan Allah tidak berdasarkan pada pengetahuan intelektual yang telah Ia miliki terlebih dahulu tentang apa yang akan dilakukan oleh manusia, Paulus menyatakan bahwa Allah memberitahukan pilihan-Nya kepada Ribka sebelum kedua anak itu dilahirkan dan sebelum mereka melakukan sesuatu yang baik ataupun yang jahat (Rom 9:11).

    “Tuhan melakukan ini,” kata Paulus, “supaya rencana tentang pemilihan_nya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilannya (Rom 9:11)”

    Rom 9:11
    Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, —supaya rencana Allah tentang pemilihan-Nya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilan-Nya



    Allah memilih Yakub bukan karena Allah telah melihat Yakub sebelumnya akan tumbuh sebagai orang yang baik atau bahwa Yakub akan percaya kepada-Nya.
    Dasar dari pemilihan ini bukan terdapat pada manusia, tetapi pada “Dia yang memanggil,” yaitu Allah.

    Untuk menandaskan kedaulatan dari pemilihan ini, Tuhan berfirman “Aku mengasihi Yakub tetapi membenci Esau”(Rom 9:13)

    Rom 9:13
    seperti ada tertulis: "Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau."



    Sebagai manusia kita tentu ingin bertanya “Tetapi mengapa Tuhan?” Tuhan menjawab dengan mengulangi fakta tersebut "Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau." Dan tidak memberi alasan yang memuaskan pemikiran manusia.

    Paulus sudah menduga timbul rasa tidak puas dalam pikiran orang2 yang membaca surat ini. Ia tahu akan ada orang2 yang secara alami akan bertanya,” Allah seperti apakah Dia? Ia tidak adil – mengasihi yang seorang dan membenci yang lain bahkan sebelum keduanya lahir dan sebelum mereka mempunyai kesempatan untuk membuktikan siapa diri mereka.”
    Karena itu pada ayat 14 ,Paulus bertanya, “Apakah Allah tidak adil?” dan inilah inti jawabannya: pemilihan tanpa syarat memberi kesan seolah-olah Allah tidak adil, karena itu tidak mungkin Allah melakukan pemilihan tanpa syarat. Demikianlah pertimbangan manusia.
    Sebelum kita melihat jawaban Paulus terhadap serangan tersebut, perhatikanlah bahwa pertanyaan Paulus di ayat 14 ini menjadikan pemilihan tanpa syarat sebagai presuposisinya. Pertanyaan tentang ketidakadilan Allah, tidak pernah dan sekali lagi tidak pernah muncul dalam Teori Arminian karena menurut kaum Arminian ,Allah tidak arbitrer dalam melakukan pemilihan-Nya, karena Allah telah melihat terlebih dahulu siapa yang akan menjadi baik atau siapa yang akan menjadi jahat, atau siapa yang akan beriman. Pemilihan Allah didasarkan pada apa yg dilakukan atau dipercayai manusia. Penetapan Allah sejak semula sangat adil, yaitu didasarkan pada jasa manusia.
    Tuduhan tentang ketidakadilan Allah hanya dapat timbul berdasarkan doktrin pemilihan tanpa syarat; karena bagi manusia, tampaknya merupakan kebodohan jika berbicara tentang Allah yang baik dan adil yang memilih Yakub dan melewatkan Esau, apalagi, dalam kenyataannya, Yakub tidak lebih baik atau lebih layak daripada Esau. Dalam pemikiran manusia, hal ini adalah suatu kebodohan. Allah pastilah tidak adil. Karena itu ,kenyataan bahwa Paulus mengajukan pertanyaan tentang ketidakadilan menunjukkan bahwa Paulus sedang membahas tentang pemilihan tanpa syarat sebagai presuposisinya. Dalam teori pemilihan bersyarat dari kaum arminian, kita tidak mungkin mempertanyakan tentang ketidakadilan. Tetapi Paulus mempertanyakan hal ini, yang mana menunjukkan bahwa dia sedang mengajarkan tentang pemilihan tanpa syarat.
    Jawaban dari Firman Allah yang infalibel terhadap pertanyaan Paulus bukan menarik kembali kedaulatan pemilihan Allah, atau berusaha memberi penjelasan yang masuk akal kepada orang2 yg ragu. Pada Rom 9:14 secara sederhana dan tegas diberikan jawabannya:”Mustahil!” jangan pernah berkata atau berpikir bahwa Allah tidak adil. Allah jelas tidak demikian. Dia adalah Allah yang kudus dan suci, dan tak pernah tidak adil walau sekejap pun.

    Rom 9:14
    Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil!



    Mungkin kita tidak dapat memahami segala sesuatu dalam hal ini. Bagaimanapun, kita hanyalah manusia, kita bukan Allah. Apakah ada keheranan bila kita manusia yg berdosa, lemah, dan tak berdaya ini, tidak dapat memahami segala sesuatu tentang Allah? Bukankah jalan-Nya lebih tinggi daripada jalan kita, pemikiran-Nya melampaui pemikiran kita, seperti langit yang tak terbatas itu lebih tinggi daripada bumi?

    Paulus bahkan melanjutkan untuk menyatakan tentang pemilihan Allah yang tanpa syarat ini dengan cara lain, dimana ia mengutip dari Perjanjian Lama:”Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku mau bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati” (Rm 9:15).

    Rom 9:15-16
    15 Sebab Ia berfirman kepada Musa: "Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati."
    16 Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah
    .

    Dan kemudian Paulus menulis lagi:”Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendaki-Nya”(ay 18).

    Rom 9:18
    Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendaki-Nya
    .

    Menurut Alkitab, pemilihan ini sepenuhnya tergantung pada Allah. Ia bebas untuk mengasihi siapa yang ingin Ia kasihi dan melewatkan yang lain, bukan karena kebaikan atau keburukan yang ada di dalam diri manusia, tetapi karena alasan2 baik yang Ia miliki sendiri.
    Dari Rom 9 , Paulus telah membuktikan secara meyakinkan bahwa keselamatan tidak tergantung pada manusia yang berusaha, tetapi pada Dia yang memanggil, dan bahwa pemilihan Allah adalah tanpa syarat.

    Paulus tidak perlu lagi memberi penjelasan lebih lanjut. Meskipun demikian, Paulus memikirkan pendapat kaum Arminian ketika ia menulis ayat 16. karena Paulus mengatakan dengan tegas bahwa tidak mungkin terjadi kesalahpahaman,”jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah.”
    Yang dimaksud dengan “hal itu” adalah keselamatan manusia.

    Apakah ada pernyataan lain yang lebih jelas daripada ini? Keselamatan tidak tergantung pada manusia yang menghendaki, atau menginginkan, atau mengambil keputusan; juga tidak tergantung pada manusia yang berusaha.

    Keselamatan bergantung sepenuhnya kepada Allah yang bermurah hati.
    Bila di antara kita masih ada yg meragukan pernyataan2 yg sedemikian jelas dari Alkitab bahwa keselamatan kita sepenuhnya tergantung pada Allah, dan tidak setitik pun tergantung pada manusia yg menghendaki atau yg berusaha, hendaklah ia membaca dan berulang2 membaca Roma 9:16. Karena inilah Firman Allah.



Jaminan Keselamatan

Bila pada analisis terakhir kita mengambil kesimpulan bahwa keselamatan kita ditentukan oleh kehendak bebas kita sendiri untuk menerima Kristus, dan bahwa Allah mengAnugerahkan kepada kita penebusan dalam Kristus namun tidak mengaruniakan iman kepada kita, maka kita akan berada di dalam situasi yg sungguh mencemaskan. Renungkanlah – perihal kita tetap menjadi orang Kristen atau tidak akan ditentukan sepenuhnya oleh diri kita sendiri. Sungguh pemikiran yang mengerikan! Keselamatan ditentukan oleh diri kita, yang pada dasarnya sudah rusak dan tidak mengasihi Allah? Kepada kita, yang meskipun sudah menjadi orang Kristen, tetapi masih memiliki manusia lama di dalam diri kita? Kepada kita, yang sering ragu-ragu, terombang-ambing, dan berdosa. Keselamatan tergantung pada diri kita? Jangan sampai hal ini terjadi. Hari ini saya percaya kepada Tuhan, tetapi besok saya mungkin tidak percaya lagi. Mungkin saya akan lebih menuruti keinginan-keinginan diri yang penuh dosa daripada setia kepada Kristus. mungkin guru-guru saya yg skeptis berhasil meyakinkan saya bahwa Alkitab keliru. Kekhawatiran-kekhawatiran seperti ini akan menyesakkan orang yang pada analisis terakhir menyimpulkan bahwa imannya tergantung pada dirinya sendiri dan bukan dikaruniakan Allah kepadanya.

Tetapi Kaum Calvinis mengetahui bahwa seluruh keselamatannya tergantung pada Allah, bukan pada dirinya sendiri. Ia mengetahui bahwa Kristus bukan hanya mati bagi dosa-dosanya, tetapi juga bahwa Allah mengaruniakan iman kepadanya untuk percaya kepada Kristus. ia mengetahui bahwa Allah yang memulai pekerjaanbaik di dalamnya akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus (Flp 1:6).

Dengan demikian kita melihat bahwa kaum Arminian kehilangan banyak sukacita dan penghiburan dari keselamatan karena menyandarkan keteguhan imannya pada diri sendiri, bikan kepada Allah.

Terpujilah Alah, sumber semua Anugerah, termsuk juga iman kita yg merupakan sarana sehingga kita memperoleh anugerah pendamaian Kristus. Puji Allah atas kasih-Nya yang memilih kita.

Predestinasi bersifat ‘unconditional’ / tak bersyarat.

Kebanyakan gereja percaya Predestinasi, tetapi apa dasarnya Allah memilih? Jawaban terhadap pertanyaan ini menentukan apakah orang itu Reformed atau tidak. 
Kalau jawabannya menunjukkan suatu ‘conditional election’ (= pemilihan yang bersyarat), dimana Predestinasi / pemilihan itu tergantung pada kehidupan manusianya (Allah memilih orang karena Ia tahu bahwa orang itu baik / akan menjadi baik / akan beriman), maka orang itu bukan Reformed / Calvinist. 
Sebaliknya kalau jawabannya menunjukkan suatu ‘unconditional election’ (= pemilihan yang tidak bersyarat), dimana Predestinasi / pemilihan itu sama sekali tidak tergantung pada kehidupan manusia yang dipilih, tetapi semata-mata tergantung kepada Allah, maka orang itu Reformed / Calvinist (Catatan: tetapi tentu ada hal-hal lain yang harus ia percayai untuk betul-betul disebut Reformed / Calvinist). 

Dasar Kitab Suci dari Predestinasi / pemilihan yang tidak bersyarat.
    1. Di atas sudah kita pelajari bahwa Predestinasi bersifat kekal. Jadi, kita sudah dipilih sebelum kita lahir, dan ini menunjukkan bahwa pemilihan ini tidak tergantung perbuatan / hidup kita (unconditio-nal).
    Bdk. Ro 9:11 - "Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya".

    2. Kita sudah melihat bahwa pemilihan terhadap Israel dilakukan bukan karena mereka baik, tetapi semata-mata karena kehendak Allah. Calvin menjadikan ini sebagai salah satu dasar dari Uncon-ditional Election (= pemilihan yang tidak bersyarat).

    Calvin:
    "... let those now come forward who would bind God’s election either to the worthiness of men or to the merit of works. Since they see one nation preferred above all others, and hear that God was not for any reason moved to be more favorably inclined to a few, ignoble - indeed, even wicked and stubborn - men, will they quarrel with him because he chose to give such evidence of his mercy?" (= ... biarlah maju ke depan mereka yang mengikat pemilihan Allah pada kelayakan manusia atau pada jasa pekerjaan / perbuatan baik mereka. Karena mereka melihat satu bangsa dipilih di atas yang lain, dan mendengar bahwa Allah bukan karena alasan apapun digerakkan untuk bersikap lebih baik kepada segelintir orang-orang hina / rendah / tercela, bahkan jahat dan tegar tengkuk, akankah mereka bertengkar dengan Dia karena Ia memilih untuk memberikan bukti dari belas kasihanNya?) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXI, no 5.


    3. Yoh 15:16a - "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu".

    Calvin:
    "We therefore find Christ’s statement to his disciples, ‘You did not choose me, but I chose you’ (John 15:16), generally valid among all believers. There he not only rules out past merits but also indicates his disciples had nothing in themselves for which to be chosen if he had not first turned to them in his mercy" [= Karena itu kita menemukan pernyataan Kristus kepada murid-muridNya: ‘Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu’ (Yoh 15:16), yang merupakan suatu hal yang benar / sah secara umum di antara semua orang percaya. Di sana Ia bukan hanya menyingkirkan jasa-jasa pada waktu lampau tetapi juga menyatakan bahwa murid-muridNya tidak mempunyai apapun dalam diri mereka sendiri yang menyebabkan mereka dipilih, kalau Ia tidak lebih dulu berbalik kepada mereka dalam belas kasihanNya] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXII, no 3.


    4. Ro 11:35 - "Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepa-daNya, sehingga Ia harus menggantikannya?".

    Calvin:
    "And how is Paul’s statement to be understood, ‘Who has first given to him, and he shall receive recompense’ (Rom. 11:35)? He means to show that God’s goodness so anticipates men that among them he finds nothing either past or future to win them his favor" [= Dan bagaimana pernyataan Paulus dimengerti: ‘Siapakah yang lebih dulu memberikan sesuatu kepadaNya, dan ia akan menerima balas jasa’ (Ro 11:35)? Ia bermaksud menunjukkan bahwa kebaikan Allah begitu mendahului manusia sehingga di antara mereka Ia tidak menemukan apapun, baik di waktu lampau maupun di waktu yang akan datang, yang menyebabkan Ia bersikap baik kepada mereka] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXII, no 3.


    Catatan: terjemahan Kitab Suci Indonesia berbeda dengan KJV dalam Ro 11:35 ini, tetapi kalau kita menggunakan terjemahan Indonesia ataupun NIV / NASB maka tetap akan cocok dengan argumentasi Calvin.

    5. 2Tim 1:9 yang berbunyi: "Dialah yang menyelamatkan kita dan me-manggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karuniaNya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman", jelas menunjukkan bahwa Predestinasi tidak tergantung perbuatan baik / kehidupan kita, tetapi tergantung pada Rencana Allah dan kasih karunia Allah.

    6. Ro 9:11-13 - "Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita. Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya - dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,’ seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau’".
    Ini adalah dasar yang sangat kuat / menyolok bahwa Predestinasi tidak dilakukan karena Allah melihat / tahu lebih dulu bahwa orang itu bakal baik / beriman.

    Calvin:
    "Suppose we admit that Jacob was chosen because he had worth arising out of virtues to come; why should Paul say that he had not yet been born? ... But the apostle proceeds to resolve this difficulty, and teaches that the adoption of Jacob comes not from works but from God’s call" (= Kalau kita mengakui bahwa Yakub dipilih karena ia mempunyai kelayakan yang ditimbulkan oleh kebaikan-nya di masa yang akan datang; mengapa Paulus harus mengata-kan bahwa ia belum dilahirkan? ... Tetapi sang rasul meneruskan untuk memecahkan kesukaran ini, dan mengajar bahwa pengang-katan Yakub sebagai anak tidak datang dari perbuatan tetapi dari panggilan Allah) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXII, no 4


    o "But because he well knew that God could foresee nothing good in man except what he had already determined to bestow by the benefit of his election, he does not resort to that absurd disorder of putting good works before their cause" [= Tetapi karena ia (Paulus) tahu benar bahwa Allah tidak melihat lebih dulu apapun yang baik dalam diri manusia kecuali apa yang Ia telah tetapkan untuk berikan sebagai manfaat pemilihanNya, ia tidak mengambil jalan menuju urutan kacau yang menggelikan yang menempatkan per-buatan baik sebelum penyebabnya] - ‘Institutes of the Christian Religioon’, Book III, Chapter XXII, no 5. 

    o "Esau and Jacob are brothers, born of the same parents, as yet enclosed in the same womb, not yet come forth into the light. In them all things are equal, yet God’s judgment of each is different. For he receives one and rejects the other. It was only by right of primogeniture that one excelled the other. Yet even that is disregarded, and what is denied to the elder is given to the younger" (= Esau dan Yakub adalah saudara, dilahirkan dari orang tua yang sama, dan masih terbungkus dalam kandungan yang sama, belum dilahirkan. Dalam diri mereka semua hal adalah sama, tetapi penghakiman Allah terhadap mereka masing-masing berbeda. Karena Ia menerima yang satu dan menolak yang lain. Hanya karena hak kesulungan maka seseorang melebihi yang lain. Tetapi bahkan hal itu diabaikan, dan apa yang tidak diberikan kepada yang lebih tua diberikan kepada yang lebih muda) - ‘Institutes of the Christian Religioon’, Book III, Chapter XXII, no 5. 

    7. Ro 9:14-16 - "Jika demikian, apakah yang henndak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil! Sebab Ia berfirman kepada Musa: ‘Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati’. Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah".

    Bandingkan juga dengan Ro 9:16 versi KJV yang menterjemahkan ayat ini secara hurufiah:
    "So then it is not of him that willeth, nor of him that runneth, but of God that sheweth mercy" [= Jadi hal itu bukanlah dari dia yang mau, bukan juga dari dia yang berlari (maksudnya ‘berusaha’), tetapi dari Allah yang menunjukkan belas kasihan].

    Calvin berkata bahwa Ambrose, Origen, Jerome mengatakan bahwa Allah membagikan kasih karuniaNya di antara manusia seperti yang Ia lihat lebih dulu (foresaw) bahwa mereka akan menggunakannya dengan baik. Calvin juga mengatakan bahwa mula-mula Agustinus juga mempunyai pandangan seperti ini, tetapi lalu berubah. Agustinus menggunakan Ro 9:14 sebagai dasar. Ia berkata bahwa kalau memang Allah membagikan kasih karuniaNya kepada orang-orang yang Ia lihat lebih dulu akan menggunakannya dengan baik, maka Ro 9:14 ini adalah tempat yang tepat untuk menyatakan hal itu. Tetapi Paulus justru mengatakan Ro 9:15-16, yang sama sekali bertentangan dengan pandangan itu.

    8. Pemilihan Efraim atas Manasye.
    Kej 48:13-14,17-20 - "Setelah itu Yusuf memegang mereka kedua-nya, dengan tangan kanan dipegangnya Efraim, yaitu di sebelah kiri Israel, dan dengan tangan kiri Manasye, yaitu di sebelah kanan Israel, lalu didekatkannyalah mereka kepadanya. Tetapi Israel meng-ulurkan tangan kanannya dan meletakkannya di atas kepala Efraim, walaupun ia yang bungsu, dan tangan kirinya di atas kepala Manasye - jadi tangannya bersilang, walaupun Manasye yang sulung. ... Ketika Yusuf melihat bahwa ayahnya meletakkan tangan kanannya di atas kepala Efraim, hal itu dipandangnya tidak baik; lalu dipegangnya tangan ayahnya untuk memindahkannya dari atas kepala Efraim ke atas kepala Manasye. Katanya kepada ayahnya: ‘Janganlah demi-kian, ayahku, sebab inilah yang sulung, letakkanlah tangan kananmu ke atas kepalanya.’ Tetapi ayahnya menolak, katanya: ‘Aku tahu, anakku, aku tahu; ia juga akan menjadi suatu bangsa dan ia juga akan menjadi besar kuasanya; walaupun begitu, adiknya akan lebih besar kuasanya dari padanya, dan keturunan adiknya itu akan menjadi sejumlah besar bangsa-bangsa.’ Lalu diberkatinyalah me-reka pada waktu itu, katanya: ‘Dengan menyebutkan namamulah orang Israel akan memberkati, demikian: Allah kiranya membuat engkau seperti Efraim dan seperti Manasye.’ Demikianlah didahulu-kannya Efraim dari pada Manasye".

Referensi:

Judul Buku : Lima Pokok Calvinisme
Karangan : EDWIN H. PALMER
Penerbit : MOMENTUM



Tidak ada komentar:

Posting Komentar